Pada saat bulan Ramadhan, saya akan merokok di waktu "mendesak". Seperti setelah selesai makan, saat buka puasa. Kemudian, ketika akan sahur, saya memilih untuk menikmati makanan disaat imsak tiba. Untuk makan makanan berat, saya membutuhkan waktu lima sampai tujuh menit.
Dengan mengambil tepat waktu imsak untuk makan sahur, artinya saya hanya punya sisa waktu tiga sampai empat menit untuk merokok. Dengan waktu demikian, rokok yang terbuang sia -- sia akan cukup panjang. Karena bila mematikan rokok ditengah jalan, dan hendak dinikmati nanti ketika berbuka, rasanya sudah tidak sama.
Kalau hendak buka bersama di masjid atau ditempat manapun, saya yang biasanya membeli rokok bungkusan akan menyisihkan setengah isi rokok untuk ditinggalkan. Setengah lainnya yang saya bawa biasanya akan saya letakkan dihadapan saya. Sehingga tak jarang beberapa orang meminta rokok, dan saya tidak mungkin untuk tidak memberikannya. Dengan demikian, konsumsi rokok saya sejak Maghrib sampai selesai tarawih menjadi terkontrol.
Selama sekitar dua tahun menggunakan trik ini, saya berhasil mengurangi konsumsi rokok lebih dari setengahnya perhari. Meski masih terjebak dalam adiksi kenikmatan yang mematikan, setidaknya kocek saya tidak terlalu dalam habis untuk rokok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H