"Aku pikir sengaja menghindar..." kata Romeo langsung mengeluarkan isi hatinya.
Adam menggeleng, tersenyum menatap Romeo dengan dalam. Setelah percakapan singkat itu, Romeo mengeluarkan sebuah buku dari ransel hitamnya, Adam menebak buku itu satu -- satunya penghuni tas Romeo saat ini.
"Kalau mau belajar, kenapa malah jalan -- jalan?" tegur Adam.
"Besok ada ujian" jawab Romeo singkat.
Romeo memperisapkan dirinya untuk bekerja di Jepang. Sudah beberapa bulan terakhir dia hidup di asrama dengan orang lain yang memiliki tujuan sama dengannya. Adam tahu, kalau empat bulan sejak pertemuan ini, dia akan terpisah dari pria yang usianya lebih muda delapan belas hari dari Adam itu.
Kau begitu rapuh, indah tapi lemah pikir Adam yang mengamati Romeo yang sibuk dengan pelajarannya.
Dalam perjalanan, Adam dan Romeo nyaris tidak mengucapkan sepatah katapun lagi. Keceriaan keduanya yang ditunjukkan ketika saling berbalas pesan, ternyata tidak sama dengan nyata. Keduanya justru menyepi dalam diam masing -- masing.
Kereta itu berhenti di Stasiun Manggarai, dan seperti biasa, pada akhir pekan seperti ini, akan banyak penumpang yang merengsek masuk kedalam gerbong tanpa perhitungan. Saling berdesak -- desakan. Ketika ramai mulai menghangatkan suasana, kedua tangan Adam tanpa disadarinya melindungi Romeo yang sedang berusaha memasukkan bukunya kembali kedalam ransel. Entah kenapa, Adam tidak ingin pria itu tersenggol oleh penumpang lain, yang mungkin saja membuat bukunya terjatuh dan bisa saja terinjak. Romeo menatap mata Adam, pria itu tersenyum padanya.
"Mau turun dimana?" kata Romeo setelah kepadatan yang menggila nyaris membuat tidak ada jarak diantara dirinya dengan Adam.
"Kamu turun dimana?" Adam bertanya balik.
"Lenteng Agung"