Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahwana Menjemput Surga

6 Maret 2022   23:38 Diperbarui: 6 Maret 2022   23:39 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dia bukan rembulan

dia bukan mentari

tapi sinarnya akan hilang

kehangatannya akan sirna

ketika dia sudah tidak bernafas

Pernikahannya akan berlangsung dalam hitungan hari, ketika Alan mendapati kenyataan bahwa keluarganya bukanlah seperti apa yang dia pikirkan selama ini. Usia pria itu baru saja memasuki angka dua puluh lima berjarak dua tahun dari adik perempuannya, Anita. Selama hidup, keduanya dirawat dan dibesarkan dengan baik oleh ayah dan ibu mereka. Tidak ada dalam pikirannya, bahwa wanita yang selama ini memberikan manisnya kasih saying bukanlah wanita yang sama dengan yang melahirkannya. Tidak pula pernah tersirat dalam hati, bahwa pria yang dengan gagahnya memberi pelajaran tentang kehidupan, ternyata bukanlah ayahnya.

"kalian berada di panti asuhan, saat itu usia Alan baru tiga tahun..." kata Rahajo, sang ayah.

"ibu tidak bisa memberikan ayahmu keturunan, jadi kami membuat sebuah keputusan" Hani menambahkan ucapan suaminya.

"tapi..." Anita yang tersentak kenyataan, mencoba untuk menghentikan air mata diwajahnya.

"tapi kalian tetaplah anak -- anak ayah dan ibu..." Raharjo tidak membiarkan putrinya itu untuk melanjutkan keluhnya.

Hani mendekati Anita, memeluk gadis yang masih sesegukan itu mencoba menenangkannya. Bagi Alan, kenyataan yang disajikan dihadapannya adalah tamparan takdir yang berusaha dielakkan, namun dia tidak mampu. Baru saja dalam hitungan minggu lalu, pria yang kini berprofesi sebagai dokter itu dituduh telah merebut istri seseorang. Dengan segala daya, keluarga berusaha membersihkan nama Alan dari tuduhan itu. Meski akhirnya berhasil meredakan gossip yang beredar, tetap saja bisik -- bisik tetangga membuat panas telinga.

Adistia, calon istri Alan, adalah seorang model terkenal yang sebelumnya sudah menikah dengan pria lain. Pernikahan yang hanya berumur tujuh bulan itu, berakhir dengan kabar Adis berselingkuh dari suaminya. Tiga bulan setelah perceraian Adistia, perempuan itu dipertemukan dengan Alan dalam sebuah acara pernikahan kawannya. Waktu berjalan, hubungan keduanya begitu dekat, tidak perduli dengan media yang mulai bersorak solah -- olah tuduhan yang selama ini ditujukan pada Adistia adalah sebuah kebenaran.

Ketika Alan akhirnya melamar Adistia, kabar tentang kecurangan keduanya terhadap cinta semakin tidak dapat ditolak. Baru setelah mantan suami Adistia, dengan permintaan dari keluarga memberikan klarifikasi, hujan cemoohan mulai mereda. Namun, bisik -- bisik sebagian orang masih saja menyebut Alan sebagai Rahwana yang merebut Sinta dari tangan Rama.

"Sinta bahkan tidak menginginkan Rahwana dalam ceritanya" kata Alan menolak illustrasi kisah yang ditimpakan padanya.

***

Kegigihan Alan mencari orang tuanya, sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Setelah mendapatkan izin dari Raharjo dalam percakapan terakhir mereka, Alan segera menemui panti asuhan tempat ia pernah hidup. Dari sana, informasi mengenai keluarga kandungnya ditemukan.

"tapi kami tidak tahu bagaimana keadaan mereka sekarang..." kata seorang ibu panti, setelah mengungkapkan kisah Alan dan Anita berakhir di panti asuhan semasa kecil mereka.

Kedua orang tua Alan adalah perantau dari Jawa, yang mencoba peruntungan hidup di Ibu Kota. Ketika itu, Alan baru berusia dua tahun saat ibu kandungnya sedang mengandung anak kedua. Malang tak dapat ditolak, ayah kandung Alan meninggal dunia sebelum bahkan mendapatkan pekerjaan. Ibunya dalam kesusahan yang pelik, merasa tidak mampu bertahan dengan keadaan. Meninggalkan kedua buah hati di panti asuhan adalah pilihan terbaik, setidaknya mereka akan mendapat kehidupan lebih layak daripada harus mengikut pada ibu yang tak punya kemampuan.

Akhirnya, tiga hari sebelum hari pernikahan, Alan sudah berada di sebuah desa terpencil di Jawa jauh dari Jakarta, tempat dia tumbuh dan hidup selama ini. Kemudian, Alan yang bertanya pada warga setempat, tentang nama -- nama yang diperolehnya dari panti asuhan, pria itu berhadapan dengan sebuah rumah petak kecil, nyaris tidak terawat. Bersama kepala desa dan beberapa warga, Alan membuka pintu rumah itu, menatap pada sebuah kepiluan.

Seorang wanita, dengan tubuh tidak terawat, pakaian lusuh, wajah lesu, berdampingan dengan sebuah piring kaleng bekas makanan yang tidak habis, terpasung disana. Indah, yang dulu adalah seorang bunga desa, menjadi gila. Suaminya meninggal, anak -- anaknya dijual. Begitulah cerita orang -- orang desa tentang kehidupan wanita itu.

Alan mendekati Indah, yang kemungkinan besar adalah ibunya. Wanita itu segera tersadar, menatap Alan dengan lekat.

"anakku..." kata Indah meraung, memeluk Alan. Alan sendiri yang masih belum benar -- benar yakin kalau wanita itu adalah ibunya, membiarkan tubuhnya berada dalam dekapan.

sesuatu yang berbeda aku rasakan

kehangatan, kerinduan, tangisan

sebuah cinta dan harapan

sebuah pelukan yang tak ingin dia lepaskan

Meski benar -- benar asing, hati tidak bisa berbohong. Alan tidak betul -- betul ragu, ketika memutuskan membawa Indah ke Jakarta. Perasaanya mengatakan, bahwa wanita inilah surga yang pernah dengan putus asa meninggalkannya. Wanita inilah ibunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun