Kerumunan orang yang melintas di Malioboro membuat Mona ingin segera keluar dari lokasi itu. Usaha gadis yang baru saja menamatkan kuliahnya di Jakarta itu gagal, sebab Ana dan Maria, dua sahabatnya kelihatannya betah berada disini, sambil melakukan aksi tawar menawar dengan pedang kaki lima, atau berebut gelang tangan yang dijual sepuluh ribu tiga.
Tidak ingin merusak kebahagian teman -- temannya itu, Mona asyik mengambil photo delman yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berada. Lalu, gadis yang kini menyadang gelar sarjana hukum itu berjalan melangkahkan kakinya, hendak mengambil photo kantor wakil rakyat yang ada diseberangnya.
"maaf..." seorang pria tidak sengaja menyenggol Mona yang sedang mencari posisi terbaik dalam mengambil gambar.
Maaf saja ternyata tidak cukup. Ponsel Mona terjatuh, membuat wajahnya tidak dapat menyembunyikan kemarahan bercampur cemas menatap pria itu. Pria itu memungkut ponsel Mona, sekali lagi mengucap maaf. Setelah melihat keadaan ponsel yang masih sehat waalfiat, Mona membiarkan pria itu berlalu.
"siapa?" kata Ana yang segera mendekati Mona melihat kepergian pria itu.
"cowo Jogja cakep -- cakep ya sekarang?" Maria menimpali.
"cakep apaan?" Mona mencemooh. "eksibhionist kali..." katanya mengomentari penampilan pria itu.
Mona memang tidak habis pikir, pria itu berada disini, yang bagi kebanyakan orang adalah pasar tempat transaksi jual beli dilakukan hanya dengan celana pendek dan kaos oblong putih berpadu sepatu olah raga. Anting di telinga sebelah kanan pria itu membuat Mona semakin yakin, dia baru saja bertemu salah satu pria nakal di kota ini.
"detail amat bu..." ucap Maria yang mendengar penjelasan Mona panjang lebar.