Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepergian yang Pertama

22 Februari 2022   21:59 Diperbarui: 22 Februari 2022   22:02 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dan aku akan menjadi bersalah, selamanya

Minggu malam itu, Rudi hadir dirumah dengan murka yang tidak dapat disembunyikannya lagi. Tiga tamparan meluncur ke pipi Adam, tepat ketika Rudi bertemu anak bungsunya itu. Adam terdiam, mencari jalan keluar kesalahan apa yang dilakukannya hari ini. Semakin jauh Adam mencari, semakin dekat ia dengan kebuntuan. Hari ini, Adam hanya menghabiskan waktunya merayakan natal bersama teman -- temannya semasa kecil dulu. Setelah itu, Adam berpamitan pada Lina, bibinya untuk kembali ke kampung dan keesokan harinya kembali ke sekolah seperti biasa. Bagi Adam, hari ini terasa sempurna.

"ada apa ini?" kata Alfira yang protes, adiknya mendapat pukulan dari sang ayah tanpa penjelasan.

"anak ini..." kata Rudi tidak menyembunyikan amarahnya "dia mengambil uang Lina..." Rudi mencoba menenangkan diri.

"kau masih diterima untuk kesana saja, kau tidak bersyukur" kata Rudi menatap tajam pada Adam.

Adam hanya terdiam, tidak memberikan pembelaannya sedikit pun. Bagi Adam, untuk kembali ke rumah bibinya setiap akhir pekan hanyalah untuk bertemu dengan teman -- temannya saja.

Sama seperti kehadirannya yang diterima setengah hati, Adam tidak pernah menikmati rumah itu lagi seperti sebelumnya.

Malam semakin larut, Rudi sudah tertidur pulas dalam mimpinya. Sedangkan Alfira, sudah berada didalam kamarnya, Adam tidak ingin menerka apa yang sedang dilakukan kakaknya itu. Perlahan, dibuka Adam pintu rumah, melangkahkan kakinya keluar meninggalkan lukanya.

***

Minggu siang, sudah pukul dua lebih ketika Lina menerima telepon dari keponakannya untuk berpamitan ingin segera kembali ke kampungnya. Lina, meminta Adam untuk menemuinya di gereja tetangga, tempat dimana Lina sedang menerima undangan natal.

Memang sebuah kebiasaan bagi masyarakat di sekitar, bahwa setiap satu gereja melakukan sebuah perayaan, maka jemaat dari gereja lain diundang sebagai penghormataan. Alasannya tentu saja untuk meningkatkan keakraban diantara sesama masyarakat itu sendiri.

"ini kau naik angkot kerumah..." kata Lina memberikan uang tiga ribu rupiah kepada Adam yang sudah hadir dihadapannya. "Di dompet setoran mobil, ada uang... kau ambil nanti untuk ongkos dan jajanmu yaa..." tutup Lina saat itu mempersilakan anak yang pernah diasuhnya Sembilan tahun itu untuk melangkah.

Adam mengenal betul, dompet setoran yang dimaksud. Adalah dua buah dompet yang cukup besar, tempat dimana dua supir angkot milik Lina dan suaminya biasa meletakkan setoran hasil jerih payah seharian. Dulu, sewaktu kecil, Adam setiap malam ikut menghitung dan merapikan uang setoran itu bersama bibi dan sepupunya, Berlin.

***

Malam semakin tenggelam, Adam yang masih berusia tiga belas sudah duduk didalam sebuah bus yang akan mengantarkannya dari kampung ke kota Medan. Adam tidak ingin dicari, tidak ingin ditemui, anak itu hanya ingin hilang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun