Orang tua Adam dan Rama merupakan tipe keluarga yang tidak terlalu banyak menuntut kepada anak -- anaknya. Sifat tradisional ketimuran pun sudah terkikis dari keluarga itu, membuat hubungan asmara dua laki -- laki bukanlah sebuah aib keluarga.
"ayah tidak melarang pilihanmu, ayah hanya khawatir akan perlakuan orang lain kepadamu..." kata ayah Adam waktu itu ketika pertama kali mengetahui anak bungsunya tumbuh menjadi pria yang berbeda dari kebanyakan.
"selama kau berdua bisa saling menjaga dan mencintai satu sama lain, ayah tidak bisa menghalangi hubungan kalian" kata Ayah Rama saat anaknya itu tak dapat lagi menyembunyikan jati dirinya dihadapan keluarga.
Tapi, cerita yang bagaikan dongeng belaka itu harus berakhir. Adam menyadari, salah satu diantara dirinya atau Rama harus mengambil keputusan.
Setahun terakhir, ketika cinta mulai jenuh bercerita. Saat kata mulai asing ditelinga. Adam yang adalah penguasa tahta merasa dirinya menjadi babu yang hanya bertugas membukakan pintu. Pintu yang setiap malam diketuk orang mabuk menelan terlalu banyak alkohol bersama pria lain yang seolah memberi pengumuman mereka akan bercinta malam ini.
"kau tidak bisa begini terus..." kata Adam dua hari lalu ketika akhirnya memiliki kesempatan untuk berbincang berdua dengan Rama "aku tidak bisa begini terus..."
"lalu kau mau apa?" Rama menantang.
Adam terdiam, dia bahkan tidak tahu mengapa masih bertahan. Apakah benar cinta yang begitu besar hingga sanggup melupakan semua kesalahan. Atau, Adam hanya takut kehilangan kenangan dan membangun cerita dengan seorang baru.
"kau tau, ketika aku pergi, aku tidak akan punya jalan untuk kembali..." Adam sekali lagi berusaha membuat alasan untuk dirinya sendiri bertahh.
"sudahlah, aku harus bekerja..."
Rama meninggalkan Adam yang nyaris tidak memberi respon apapun, bahkan bersedih pun tidak.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!