Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau dan Sebuah Harapan

14 Februari 2022   20:31 Diperbarui: 14 Februari 2022   20:38 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan kembali menghadirkan dirinya meski tiada undangan yang diberikan. Malam menjadi terlalu dingin meski setumpuk selimut sudah berusaha memberi kehangatan. Adam tersudut dikasurnya, menimbang -- nimbang kata apa yang akan dikirimkan hari ini untuk membuka percakapan. Walau seringkali berbalas pesan singkat hanyalah sebuah komunikasi satu arah, pria yang akan segera berusia tiga puluh itu tidak menyerah.

Hari keempat belas, bulan kedua. Ketika semua berubah menjadi merah muda. Tapi Adam menyadari, mengucap selamat hari kasih sayang atau bergurau tentang sepotong cokelat tidak akan berhasil membuat kata menjadi berbalas. Tiga tahun lalu, ketika untuk pertama kalinya saling mengenal. Adam pernah mengucapkan kata itu sekali. Tapi lawan bicaranya menolak, pujaan Adam yang saat itu baru dikenalnya sebelas hari itu tidak ikut dalam hiruk pikuk berbagi kasih di hari yang menurut sebagian orang istimewa.

Adam memutar -- mutar ponselnya. Berakhir membuka pemutar musik online, berusaha menikmati suara Taylor Swift yang bersenandung tentang sebuah pengasingan seorang mantan kekasih. Adam menjadi gelisah. Sudah pukul tujuh malam, dia masih belum menemukan bait untuk diucapkan. Sebentar lagi seseorang diujung sana akan terjebak dalam lelap. Perbedaan waktu tiga jam lebih awal di tempat orang itu membuat Adam semakin resah.

Akhirnya, Adam memutuskan mengambil gambar dirinya lalu mengirimkan ke seberang sana.

Merindukanmu...

Kata Adam, berharap akan mendapatkan balasan.

Sudah lima menit, pesan itu belum terbaca. Adam menjadi gusar. Kini Taylor Swift sudah menyanyikan lagu lain pengalamannya yang tersihir saat bertemu dengan seorang pria disebuah acara. Adam larut dalam hentakan nada yang begitu indah, tanpa sadar dia larut pada silam yang meminta untuk dikenang tanpa sebab.

Adam nyaris tertidur ketika sebuah ketukan pintu memaksanya untuk bangkit menduga -- duga siapa yang bertamu dimalam yang dingin ini.

"apa kabar?" kata seorang pria dari balik pintu segera mengejutkan Adam saat membuka pintu kamarnya dan mata mereka bertatapan.

"b... baik..." Adam berusaha mengumpulkan kembali puing -- puing dirinya yang terlanjur runtuh dihadapan pria itu. "aku pikir kau..."

"aku mendarat di Soekarno -- Hatta sore tadi..."

Pria itu masuk ke dalam kamar Adam tanpa izin, meletakkan koper cokelat miliknya dibawah televise yang tidak dinyalakan, kemudian duduk diatas kasur.

"kau kelihatanya tidak suka, aku berada disini..." pria itu mencoba membangunkan Adam masih membeku dibalik pintu yang terbuka.

"kau bahkan tidak membaca pesanku..." Adam menuntut.

"kau membutuhkan sebuah balasan, atau sebuah kehadiran?" pria itu berjalan mendekati Adam menatapnya lekat terlalu dekat.

"Romeo...." Kata Adam menghindar, dan langsung menutup pintu kamarnya. "kau sebaiknya mandi..." kali ini Adam sibuk membongkar isi lemari, mengeluarkan sebuah handuk, kaos oblong berwarna putih, dan celana pendek miliknya.

"kau yakin tak ingin ikut masuk?" kata Romeo saat Adam mendorongnya masuk kedalam kamar mandi menyerahkan pakaian ganti miliknya. Adam melangkah cepat ke ranjang, menyalakan televise, memainkan ponsel, menarik selimut, atau berusaha melakukan apa saja yang menyadarkannya bahwa malam ini adalah sebuah kenyataan.

Kehadiranmu membuatku terjebak sekali lagi...

Dalam sebuah harapan...

Pada sebuah keinginan...

Kali ini, jangan pergi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun