Ada roda kematian yang berputar demi melindungi keseimbangan waktu
Biarlah yang hidup tetap menjadi harap, dan yang mati segera menjadi abu
Kenapa harus ada benci yang membuat kita terus berseteru
Bukankah esok atau lusa kau akan datang sebagai seorang sahabat kepadaku?
Ada langkah mayat yang tercium busuk dari jiwa skarat
Seolah hidup tiada tujuan kecuali untuk saling menggugat
Kenapa kita harus menyimpan dendam kesumat
Sebab esok atau lusa kau dan aku duduk semeja menyantap hidangan yang nikmat
Ada sudut yang tersembunyi dibalik hati yang terluka
Kita berdua bagai manusia sengsara
Aku melihatmu sebagai musuh satu - satunya
Kau melihatku seperti penjahat yang harus dibunuh segera
Tapi, esok atau lusa mungkin seorang lain akan mengambil untung dan merusak tanah kita
Hanya sebab kita tidak lagi bisa bersama
Adakah kita berpikir satu atau dua
Sebelum mengarahkan anak panah kepada sesama anak bangsa
Mungkin mereka diluar sana sedang berpesta pora
Menanti keruntuhan pertiwi menjadi porak poranda
Ada lagi yang mati
Sebuah hati nurani
Kau penuh benci
Aku menyimpan dendam dihati
Kita berdua sudah dibodohi
Oleh syahwat yang tak mungkin selamanya dimiliki
Lalu kita adu seteru hingga mati
Dan tanah ini, tempat yang kita sebut tumpah darah ini, hanya mampu membisu menyaksikan anak - anaknya menjadi budak dengki
Ada lagi yang mati
Sebuah persahabatan yang tak mungkin seperti dulu lagi
Sebab sehelai rambut memisahkan kita yang berbeda mimpi
Kau memilih dia yang tak mungkin aku amini
Ada lagi yang mati
Kita berdua ditanah sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H