Aku hanya tertawa saat kau kehilangan kata,
Bagaimana kau bisa berpikir sanggup menghadapi hidup penuh dusta,
Sebab membalas sajak saja kau sudah kehilangan kalimat bermakna,
Haruskah kuajarkan tentang masa yang seringkali terluka?
Kau bilang aku hanya pecundang biasa,
Biar kusampaikan sebaiknya kau buka lebar telinga,
Banyak yang sudah menyebutku begitu, tapi aku tak perduli,
Aku hanya berjalan dengan caraku, meski seringkali harus menyiksa diri,
Terlalu banyak yang benci aku berpuisi,
Karena mereka tak bisa mengerti, hanya sajak yang mampu membawaku menyembuhkan hidup ini,
Biarlah kutahan sendiri duka ini
Sebab bayanganku saja lelah terus menerus untuk menemani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H