Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ibu Tidak Menjagaku

15 Desember 2015   16:35 Diperbarui: 15 Desember 2015   17:40 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awan hitam menghiasi kota Depok, nyaris akan mengirimkan hujan meski sudah setengah jam tak kunjung membasahi bumi. Kuambil sebatang rokok, mengisapnya dalam sambil menatap sekali lagi buku yang baru saja kubeli beberapa menit sebelumnya. Berusaha untuk tidak membuka buku itu sebelum aku sampai dipenginapan, walau akhirnya aku gagal dan mulai merobek plastik yang membungkusnya.

Buku dengan sampul bergambar punggung wanita yang dililit oleh garis polisi, mengangkat kedua tangannya diletakkan ddibelakang kepala, seolah ia adalah seorang tawanan. Dipunggung kirinya, sebuah gambar kupu – kupu indah, mungkin sedang mencari arah kemana ia harus mengepakkan sayap. Tangan kanan, yang indah dihiasi gambar lain, gambar sebuah genggaman jari – jari yang lebih terlihat seperti mawar, yang ditambahkan tangkai dibawahnya. Tangan yang pernah berjabat denganku, kelembutan yang tak mampu menutupi keperkasaan pemiliknya.

Ditanganku, aku memiliki “SAIA” karya Djenar Maesa Ayu, yang tak pernah kusangka, aku akan berharap membaca semua karyanya. Kubuka perlahan buku itu, sangat pelan, seolah aku adalah seorang musafir yang membuka kotak pandora dan mengeluarkan semua rahasia dunia. Dan untuk pertama kalinya, hari ini, aku terpaku dalam. Sebuah cerita berjudul “Air” tentang seorang wanita yang menjaga anugerah terindah yang diberikan padanya.

Tapi...

Aku menitikkan air mata, seandainya wanita itu adalah ibuku. Ah iya, tentang ibuku...

Ibu melahirkan buah hati ketiganya dalam kegetiran yang sangat. Tanpa ada suami disisinya, yang ada hanya sanak keluarga berharap cemas akan kehadiran seorang manusia baru didunia ini. Tak lama, sesuai kesepakatan keluarga dan dokter, ibu harus melahirkan dengan cara operasi, usianya sudah terlalu tua udah melahirkan lagi.

Bayi mungil itu datang kedunia, sanak keluarga bahagia meski tak ada sosok ayah yang menjadi saksi. Mungkin bayi itu akan menyalahkan takdir dikemudian hari, dengan syarat kalau ia mampu bertahan dalam kehidupan. Ibu membiarkan bayinya digendong orang lain, seakan ia tak menginginkannya. Satu persatu tangan sudah menjamah tubuh bayi itu, sebelum ia bertemu dengan pelukan ibunya sendiri.

Ibu tidak menjagaku

Amarah sang dokter meluap keras, mengetahui bayi yang kemarin dibantunya mengenal dunia tidak diberi ASI. Entah alasan apa, ibu justru lebih memilih susu formula untuk sang bayi. Permintaan sang dokter tidak dihiraukannya, tampaknya ia tidak terlalu bersemangat lagi untuk memiliki bayi baru.

Ibu tidak menjagaku

Tiga tahun berlalu, waktu menari – nari dalam penderitaan kehidupan sang bayi mungil. Ibu menenggak racun serangga yang menggiringnya pada kematian. Mungkin ia terlalu patah hati oleh perbuatan ayah. Mungkin ia merasa tak ada gunanya lagi untuk hidup menahan perihnya dikhianati. Atau dia merasa, bahwa ia tidak dibutuhkan lagi oleh anak – anaknya yang masih bocah polos tak mengerti arti kehidupan. Lalu dia pergi, tanpa ada pesan selamat tinggal.

Ibu tidak menjagaku

 

Terinspirasi dari cerpen "Air" dalam kumpulan cerpen berjudul "SAIA" oleh Djenar Maesa Ayu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun