Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC] Selamat

11 September 2015   00:29 Diperbarui: 11 September 2015   00:58 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Selamat malam profesor...” Pria berbaju hitam itu masuk keruangan kepala sekolah tanpa melenturkan wajahnya yang terlihat semakin tegang. Seorang pria lain, lebih tua, berjanggut putih panjang menatapnya dengan nanar.

“Silakan duduk Snape” Kata Dumbledore berusaha tenang menyambut tamunya itu. “Aku punya kabar yang tidak cukup baik hari ini...” Kata pria itu, sesaat setelah Snpae duduk menatapnya. “Potter tewas” Dumbledore setengah berbisik, mencondongkan wajahnya kehadapan Snape.

“Lalu...” Snape berusaha bersikap sedingin mungkin. Biar bagaimanapun, Snape memiliki kenangan yang tidak cukup baik bersama James Potter, pria yang disebut oleh Dumbledore.

“Aku tidak tahu, apakah kabar ini cukup baik atau tidak untuk kau dengar Snape, tapi aku harus katakan, Lily dalam bahaya”

Snape tergagap, Lily Evans, wanita yang paling dicintainya, dalam bahaya. Meski Lily akhirnya menikah dengan Potter, Snape tidak beranggapan bahwa dia bisa berhenti mencintai wanita yang berasal dari keluarga muggle itu.

“Saya permisi...” Snape bergegas keluar dari ruangan kepala sekolah yang cukup besar itu. Untuk pertama kalinya, Dumbledore melihat kecemasan yang begitu mendalam dari mata Severus Snape, bekas muridnya, yang juga menjadi guru di Hogwarts.

***

Malam semakin mencekam, Lily Potter memeluk anaknya dengan kesedihan yang tiada tandingannya saat ini. Suaminya tewas saat bertarung melawan Belatrix, dan kini Lily bersiap untuk menerima apapun yang akan datang kepadanya.

Lily menangis tersedu, dipeluknya hangat Harry Potter, buah hatinya bersama James Potter. Wanita itu duduk dikursi goyang tidak terlalu jauh dari lemari kaca yang menampilkan photo – photonya bersama James Potter.

“Lily Potter...” Suara ringkih itu mengejutkan Lily, ia menoleh dan menatap siapa yang memanggilnya dari belakang. Senyum pria itu, matanya yang tajam membuat Lily gemetar, namun dipeluknya Harry dengan erat. “Kau punya pilihan sekarang... bergabung bersamaku, atau ikut mati bersama suamimu yang menjijikkan itu” Pria itu berjalan mendekati Lily, Lily berusaha menghindar, ia berjalan mundur dan akhirnya tersungkur. Harry mulai menangis, Lily semakin khawatir, setidaknya ia berusaha untuk menyelamatkan anaknya itu.

“Kalau bergabung denganmu membuatku tetap hidup, maka aku akan memilih untuk mati dengan cara apapun!!! Voldemort, satu hal yang harus kau ingat, tidak semua orang takut akan kematian!” Lily berbicara tegas, berusaha membuat Voldemort ragu akan keputusannya mengunjungi rumah itu.

Amarah Voldemort terpancar jelas diwajahnya, segera diangkatnya tongkatnya. Lily memeluk buah hatinya, berusaha memberi perlindungan yang cukup pada Harry.

Avada...”

“Expelliarmus...” Mantra Voldemort gagal, tongkatnya terhempas, seorang pria mengintrupsi mantra itu. Voldemort dan Lily menatap kearah pintu rumah Lily yang sederhana itu, Snape berdiri disana, dihujamkannya semua mantra yang dia kuasai, hingga akhirnya Voldemort mundur dari rumah itu.

Severus Snape berlari kearah Lily yang menangis ketakutan. Snape meraih Harry Potter dan memeluk anak itu.

“Kau aman sekarang...” Snape berujar pelan pada Harry. Harry tersenyum pada Snape, tapi seketika pria itu memalingkan wajahnya pada Lily. “Tempat ini tidak aman buatmu dan Harry, sebaiknya kau ikut denganku ke Hogwarts

***

Lily kembali ke Hogwarts, ia tidak menyadari akan kembali ketempat itu secepat ini. Severus Snape merangkul Lily yang menggendong Harry sedang tangan kiri Snape membawa tas Lily, mereka masuk kedalam pekarangan Hogwarts.

“Tasmu berat juga ya...” Kata Snape berusaha bercanda, Lily hanya tersenyum dingin. “Dayat...!!!” Snape berteriak memanggil seorang pria.

“Dayat?” Lily penasaran, ia tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya di Hogwarts.

bocah dari Jakarta, dia kesini seminggu lalu, dan meminta untuk bisa belajar menjadi penyihir”

Seorang pria muda berlari kecil kehadapan Snape dan Lily, pria itu tersenyum ramah sekali. Senyumnya yang manis membuat Lily ingin tersenyum juga.

“Ada apa Prof...?” Kata Dayat berusaha selembut mungkin.

“Kenalkan, ini Lily Potter bersama anaknya Harry Potter” Snape menunjuk Lily dan Harry, Lily tersenyum manis kepada Dayat. “Lily sama sepertimu, berasal dari keluarga bukan penyihir, kau bisa belajar banyak dengannya” Kata Snape melirik Lily meminta persetujuan wanita itu.

“Aku... tentu saja kau bisa belajar denganku” Kata Lily.

“Kalian mau mengobrol diluar saja, atau masuk dan ikut mincicipi teh bersama saya” Dumbledore menyela keakraban antara Lily dan Dayat yang mulai terjalin.

***

“Aku turut berduka atas apa yang terjadi pada Potter” Dumbledore membuka percakapan. Mereka semua duduk melingkar, Dumbledore duduk bersebelahan dengan Dayat dan Snape, sedangkan Lily berada tepat dihadapannya sedang menggendong Harry.

“Aku hanya berharap, kematian James tidak sia – sia” Kata Lily menenangkan diri.

“Ibuku bilang, apapun yang terjadi didunia ini, baik atau buruk, senang atau susah, semua pasti semata – mata hanya untuk kebaikan kita kedepannya” Dayat menatap Lily dengan harapan bisa memberikan semangat.

“Seharusnya aku yang mengucapkan itu....” Kata Snape dengan nada kesal, disambut tawa semua orang yang ada disitu.

“eehm... biar bagaimanapun, kita harus bersiap untuk menghadapi Voldemort” Dumbledore kembali berbicara serius. Semua mata tertuju pada pria itu “ini... satu – satunya yang bisa mengalahkan Voldemort” Dumbledore mengangkat Elder Wand dan kembali meletakkannya di meja.

“Aku tak tahu kalau kau bisa bersantai untuk sejenak, padahal diluar sana semua orang sedang panik... profesor” Voldemort muncul dari belakang Dumbledore.

“Aku sudah tahu kalau kau akan datang...” Dumbledore berbicara, namun tidak menoleh pada bekas muridnya itu. “Sebaiknya kau akhiri ini semua, Tom”

Lily dan Snape menatap Voldemort dengan amarah yang sangat mendalam, namun Dumbledore diam dan berusaha tenang, tidak memandang pria itu.

Avada Kedavra...” Voldemort yang lengah tersungkur seketika, Snape, Lily dan Dumbledore menatap darimana mantra itu diucapkan.

“Kami orang Indonesia selalu menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin” Dayat berbicara dengan bangga sambil memegang Elder Wand yang tiba – tiba diambilnya di meja tadi.

“Dan dari mana kau tahu mantra itu?” Kata Snape

“Aku membaca buku, meski mantra itu milik Voldemort, bukan berarti dia kebal kan?” Dayat tersenyum sekali lagi.

“Lain kali, kau harus izin dulu sebelum menggunakan barang orang lain” Kata dumbledore mengingatkan

“Sepertinya ayahku lupa mengatakan hal itu” Canda dayat membuat semua orang tertawa. Sedang tubuh Voldemort perlahan – lahan mulai hancur dan menguap seperti asap.

*Tamat*

 

 

[Fiksi Penggemar RTC] 

*Karya ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan dimedia manapun

** Karya ini terinspirasi dari Novel "Harry Potter", Tokoh dalam cerita ini (Lily Evans, Severus Snape, Harry Potter, Dumbledore) adalah milik J.K. Rowling sebagai creator Harry Potter. Set Lokasi (Hogwarts) adalah milik J.K. Rowling selaku Creator Harry Potter.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun