[caption id="attachment_375572" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompas.com"][/caption]
Baiklah, mungkin sebagai orang yang terlalu memperdulikan sisi logika, maka tidak ada salahnya Pakde Kartono dan Adik Manis mengomentari mini drama Ada Apa Dengan Cinta yang sedang booming di tanah air tersebut. Walau Line sebagai seponsor utama film ini akhirnya harus gigit jari, karena sorotan justru lebih tertuju pada Nicholas Saputra dan Dian Sastro, tapi tidak ada salahnya "mengorek" film ini dari dunia perfilm-an.
Dalam dunia Film Indonesia, ada perkataan membuat impian menjadi nyata, rasa penasaran penonton harus anti klimaks, sehingga tidak ada dumel mendumel setelah menonton film.
Soal pertemuan Rangga dan Cinta di Boarding Gate, disukai atau tidak, inilah yang diharapkan sebagian besar penonton. Justru bila berbelit - belit, penonton cendrung akan jenuh dan seketika memilih untuk menonton video lain. Disamping itu, efektifitas penayangan juga dibutuhkan, "membuang" roll film selama sekian menit adalah kebodohan sutradara, jika tayangan yang disajikan tidak berisi, (bahkan tidak ingin dilihat penonton).
Dari segi anggaran juga harus diperhatikan, kalau Cinta (Dian Sastro) harus masuk tahap - tahap pengamanan di bandara terlebih dahulu, maka budget dipastikan akan bertambah. Budget ini bertambah karena harus menambah pemain lagi di mini film ini walaupun hanya figuran yang dibayar 75.000 perak, kalau dikalikan 4 orang saja sudah jadi 300.000. Belum lagi mendesian recepsionist bandara, keamanan, dan kostum, pastinya biayanya akan lebih besar lagi.
Disisi lain, Tidak Mungkin menayangkan Cinta yang minta izin kesana - sini di bandara, karena akan memakan waktu, (tahu sendiri toh, kalau di Indonesia apa - apa diperlambat). Maksudnya, kalau ditayangkan Cinta yang wara - wiri untuk mendapatkan izin masuk Boarding Gate, pasti habislah satu episode hanya untuk Cinta seorang.
Yang menarik adalah, ketika Adik Manis membandingkan Film Bollywood dan Film Indonesia yang jelas sudah kalah kelas. Film Bollywood adalah saingan utama Industri Film Hollywood di dunia. Jika Film Hollywood bisa berhasil dengan Action, Sci-Fi, dan Fantasy maka bollywood hanya butuh Drama Romantis untuk "menghajarnya". Akan sangat sulit bagi Indonesia yang mana industri hiburan selalu saja mendapat "gangguan" dari pihak lain seperti FPI, LSI, bahkan Pemerintah. Perlu diketahui bahwa di U.S maupun di India, sepanjang film yang ditayangkan tidak melanggar hukum dan norma yang berlaku, jikapun film itu "menyeret - nyeret" presiden atau perdana mentrinya, mereka tidak akan gusar, hal yang berbeda sekali dengan Indonesia.
Dunia film Indonesia bisa melambung, kalau saja tidak ada pihak yang membelenggunya atas nama norma dan kesusilaan.
Kembali lagi pada AADC yang disuguhkan Line, secara konteks perfilm-an, film ini sudah sempurna. Harus diingat bahwa Film ini hanyalah film pendek, yang artinya, sutradara harus menyuguhkan cerita utama dalam film. Bahwa bagaimana Cinta leluasa masuk Boarding Gate adalah konflik pendamping, bila film ini diangkat kelayar lebar nantinya.
Satu yang pasti adalah Sutradara dan seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan film ini, menyuguhkan apa yang diharapkan penonton kebanyakan.
Jadi buat AADC, mending no comment aja deh #daripadasayadigebuksenior...