Pada awal melihat judul “Pyongyang” saya kira lagunya berkisah tentang kehidupan sosial dan politik di Korea Utara. Ternyata benar. Namun, melodi yang indah seolah memperhalus track ini dari sekedar lagu protes biasa.
“La la la la..” pada lagu “Ong Ong” akan mengajak kita untuk ikutan bernyanyi. Ini adalah lagu yang pas untuk melupakan kepenatan hidup sehari-hari. Let’s sing, ” La la la la la…”
Track terakhir pada The Magic Whip adalah “Mirrorball” dengan nuansa instrumen-instrumen dari Tiongkok. Chord sedih nan emosional yang diulang-ulang ala Blur era Leisure, terasa pas membawa pendengar menyudahi perjalanannya di The Magic Whip.
Dalam The Magic Whip nuansa Asia Timur terasa cukup kental, dari judul lagu, cover album sampai irama lagunya. Hal ini persis seperti Think Tank yang direkam di Maroko yang membawa suasana musik Timur Tengah. Bagi saya, The Magic Whip yang bergambar cover es krim terasa manis dan dapat melepas dahaga dari kenangan akan Blur. Album ini berada di posisi 4 atau 5 dari 8 album Blur yang saya suka. Walaupun tak ada album Blur yang saya tidak suka sebenarnya, hehe…
Key Track: Lonesome Street, Go Out, I broadcast, My Terracotta Heart, Ghost Ship, Ong Ong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H