Mohon tunggu...
Adam Raihan Priambada
Adam Raihan Priambada Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa S2 (Magister)/Universitas Andalas

Biologi dan Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mamalia Laut Warisan Dunia yang Tak Lagi Dipedulikan

20 Desember 2022   22:30 Diperbarui: 21 Desember 2022   21:04 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Ancaman yang menjadi permasalahan pada Cetacean saat ini yaitu maraknya perburuan liar didarat, kebakaran hutan, penebangan liar dan banyak kejadian bencana baik disebabkan oleh manusia ataupun bencana alam, sehingga hal ini mendukung pentingnya konservasi terhadap hewan ini. 

Tidak kalah pentingnya konservasi mamalia laut ini, dikarenakan seperti banyak berita yang beredar juga akan pemanfaatan bagian organ dari beberapa mamalia laut ini sehingga menurunkan kuantitas dan dengan melukainya akan menurunkan kualitas mereka dalam bertahan hidup serta menghasilkan keturunan. Hampir sama halnya dengan ancaman dari biodiversitas darat, mamalia laut ini juga banyak ancaman akibat aktivitas manusia, diantaranya : kerusakan habitat, perburuan liar serta perubahan iklim. 

Ancaman yang paling serius dan seringnya menyebabkan terganggunya sampai mengurangi jumlah spesies ini yaitu aktivitas nelayan yang dapat menimbulkan tingkat kematian  yang tinggi di dunia ini (Morizur, dkk., 1999; Read, dkk., 2003),Selain itu ancaman lain berupa terdampar, perburuan, dan rusaknya habitat laut mereka(Northridge dan Hammond 1999).

Perlu dipahami bahwa terdamparnya paus atau lumba lumba terdapat beberapa penyebab yang membuat turut simpatik ke mamaliat laut yang malang tersebut.  Dikutip dan disimpulkan dari (R, Tsaniya, A, 2018) di web artikel, penyebab pertama adalah terjebak sendirian karena sudah tua, sakit atau terluka. 

Paus atau lumba-lumba yang terdampar ditemukan mati biasanya mati secara alami atau tenggelam di jaring ikan, di mana bangkainya kemudian ditarik ke darat. Namun, ada alasan lain, untuk menghindari predator melukai mereka dan mencari tempat yang aman, yaitu perairan dangkal, karena arus yang kuat, dan kemudian menarik mereka ke pantai. 

Dalam kasus terakhir, seperti kasus paus terdampar massal, di mana terdampar massal adalah tipikal hewan dengan pemimpin kelompok dan ikatan sosial serta loyalitas yang tinggi. Hal ini didasarkan pada apakah pemimpin rombongan melakukan kesalahan navigasi atau mungkin salah satu dari mereka sakit atau terluka kemudian menemukan air yang lebih dangkal untuk memudahkan bernafas di permukaan dan yang lainnya mengikutinya.ta. 

Dan alasan terakhir adalah sistem navigasi terganggu ketika hewan laut seperti paus dan lumba-lumba memiliki sistem navigasi sendiri untuk memandu jalan. Ketika rambu-rambu ini dirusak atau tidak berfungsi, hal itu menyebabkan kesalahan navigasi dan akhirnya membawa mereka ke perairan dangkal dan terdampar di pantai.

Contoh nyata WWF, (2022) mengenai mamalia laut, Paus sikat yang mendapatkan ancaman dari kegiatan dengan skala besar dan hanya untuk memenuhi tujuan oknum yang tidak bertangggung jawab.Penangkapan ikan paus terancam dalam skala besar karena dipraktikkan oleh beberapa negara di dunia, mereka terjebak dalam jaring ikan atau terjerat dan dipengaruhi oleh lalu lintas laut yang padat. 

Spesies paus bergigi yang paling terancam punah biasanya spesies kecil, seperti lumba-lumba tanpa sirip dan lumba-lumba pelabuhan, dan kedua spesies ini sering ditemukan mati saat ditangkap oleh nelayan. Sering dianggap sebagai hal yang biasa, lalu lintas kapal yang sering juga berdampak besar, menyebabkan penurunan kualitas air akibat sedimen dan polusi yang mengancam kelangsungan hidup mamalia laut di Indonesia. 

Mamalia laut lainnya juga terancam punah karena terjerat jaring ikan atau tertabrak baling-baling kapal. Menurut para ahli, jenis lumba-lumba tertentu mengalami penurunan populasi karena ditangkap untuk dipamerkan di akuarium besar di seluruh dunia. polusi yang disebabkan oleh manusia (PCBs dan DDT) (McKenzie, dkk., 1997; Law, dkk,.2005) dan sonar militer juga menjadi ancaman bagi mamalia laut (Laist, 1997).

Selain banyaknya himbauan, langkah nyata dan beberapa kegiatan konservasi untuk Cetaceae, di Indonesia telah diatur langsung melalui Undang-undang no. 5 tahun 1990 dan diperkuat dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009. Secara global, pemanfaatan dan pengelolaan satwa Cetacea diatur dalam beberapa kebijakan multilateral, di antaranya oleh International Whaling Commission (IWC), International Union for Conservation of the Nature (IUCN), Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Liar yang Terancam Punah (CITES), Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) dan Konvensi Spesies Bermigrasi (CMS) (WWF, 2022). Pada Sebagian besar spesies Cetacea lainnya terdaftar dalam Appendix II, yang berarti bahwa spesies ini dapat terancam punah jika perdagangan spesies ini tidak diatur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun