EKOSISTEM LAHAN GAMBUT SURGANYA DUNIA, APAKAH MASIH ENGGAN MENJAGANYA?
ARTIKEL INI DI BUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS BIOLOGI TROPIKA, UNIVERSITAS ANDALAS
Dosen Pengampu : Dr. Feskaharni Alamsjah
Adam Raihan Priambada (1910421002)
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mamalia Laut Warisan Dunia yang Tak Lagi Dipedulikan", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/damm280576/63a1c8134addee390f0b39a2/mamalia-laut-warisan-dunia-yang-tak-lagi-dipedulikan
Kreator: Adam Raihan Priambada
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com
Lahan gambut atau yang dikenal sebagai Peatland ini merupakan salah satu ekosistem yang unik yang dimiliki oleh indonesia, gambut ini merupakan sebuah lahan basah yang tercipta dari timbunan material organik berupa sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut dan jasad hewan-hewan yang membusuk dan membentuk lapisan tanah. Negara Indonesia ini dianugerahi Tuhan lahan gambut yang sangat luas sekitar 14,9 juta hektar (Wetland Internasional bahkan mengatakan sekitar 20,5 juta hektar) dan merupakan terluas ke 4 di dunia setelah Rusia, Kanada, dan Amerika Serikat. terutama pada daerah daerah di indonesia seperti di pulau sumatera dan kalimantan, namun yang paling terkenal lahan gambut ini yakni di daerah Bangka, Riau dan Kepri yang memiliki luas sebesar 6.399.939,69 hektar. Â
Riau terkenal dengan luasnya lahan gambut di sepanjang regionalnya, dengan hal ini tak asing lagi bagi penduduk sekitar riau dengan adanya lahan gambut dan perananya dalam menjaga stabilitas keanekaragaman hayati di dalam ekosistem lahan gambut tersebut. Ekosistem lahan gambut telah menjadi perhatian penting dalam beberapa tahun terakhir ini karena semakin menyusut. Layaknya ekosistem lahan basah yang memiliki berbagai fungsi, ekosistem lahan gambut juga memiliki berbagai fungsi diantaranya sebagai pengatur sistem hidrologi, perlindungan keanekaragaman hayati, sumber energi, lahan budidaya, penyerap karbon dan menjaga kestabilan iklim, dll.
Ekosistem lahan gambut, merupakan salah satu ekosistem lahan basah yang memiliki karakteristik yang unik. Lahan gambut yang basah ternyata cenderung mudah terbakar karena kandungan bahan organik yang tinggi dan memiliki sifat kering yang tak balik, porositas tinggi dan daya hantar hidrolik vertikal yang rendah. Dengan adanya sifat dari lahan gambut yang mudah terbakar membuat pemerintah lebih memperhatikan ekosistem lahan gambut ini, karena dari beberapa tahun belakangan ini sering terjadinya kebakaran lahan gambut yang di sengaja maupun tidak di sengaja.Â
Persoalan gambut termasuk sebagai ekosistem bukan hanya menjadi perhatian nasional, namun juga masyarakat internasional. Salah satu peran penting ekosistem lahan gambut adalah sebagai habitat berbagai flora dan fauna yang juga akan menentukan kondisi keanekaragaman hayati nasional maupun global, berbagai jenis flora yang merupakan kebanyakan jenis kayu seperti, Gelam (Mellaleuca sp), Ramin (Gonystylus bancanus), Meranti ( Sharea spp.) dan Damar (Agathis dammara), dari beberapa penelitian di diduga cadangan karbon banyak di produksi oleh lebih dari 50 spesies pohon hutan gambut.Â
Pada lahan gambut juga terdapat 178 jenis pohon yang dilindungi di antaranya seperti, pulai rawa (Alstonia pneumatophore), jelutung rawa (Dyera costulata) dan Mengris (Kompassia malacensis). Tanaman pangan yang dapat ditanam diantaranya sagu (Metroxylem sagu), padi (Oryza sativa), sukun (Artocarpus communis) dan beberapa jenis lainnya. Tanaman lainnya seperti Meranti rawa (Shorea pauciflora), Pulai (Alstronia pneumatophora), Jelutung (Dyera lowii), Sungkai (Peronema canescens), Rotan (Calamus spp.), Sengon (Albizia falcataria), Saga (Adenantera sp.) dan beberapa jenis lainnya.
Selain flora lahan gambut juga terkenal dengan banyaknya fauna yang hidup di lahan gambut mulai dari kelompok mamalia seperti, Malu-malu Kukang (Nycticebus coucang), Lutung, Cekong (Presbytis cristatus), Beruk (Macaca namestrina) (dilindungi UU dan termasuk appendix II CITES), serta Ungko (Hylobates agliss) dan Kelawat (Hylobates mulleri) (dilindungi UU, termasuk appendix I CITES, kriteria IUCN terancam punah dengan status EN (Endangered) atau Genting). Fauna lainnya seperti Rusa Sambar (Cervus unicolor) dan Kijang (Mantiacus muntjak) (dilindungi UU), Kucing kuwuk (Felis bengalensis)(dilindungi UU dan termasuk appendix I CITES) dan Beruang madu (Helarctos Malayanus) (dilindungi UU, termasuk appendix I CITES, kriteria IUCN terancam punah dengan status EN (Endangered) atau Genting). Termasuk Avifauna diantaranya Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus) (dilindungi UU dan status IUCN VU (Vulnerable) atau rawan), Elang Bondol (Halisatur indus), Elang Laut Paruh Putih (Haliaeetus leucogaster), Elang ular Bido (Spilomis cheela), dan Alap-alap capung (Microhierax fringilarius) (dilindungi UU dan termasuk appendix II CITES), Raja udang meninting (Alcedo meninting), Pekaka emas (Palergopsis capensis) dan kelompok burung madu (Nectariniidae) (dilindungi UU), serta Kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) (dilindungi UU dan termasuk appendix II CITES). Herpetofauna diantaranya Buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii) (dilindungi UU, termasuk appendix I CITES, status IUCN Endangerd Species (EN)), Beyuku dan Bajuku (Oritia borneensis) (dilindungi UU, termasuk appendix II CITES, status IUCN NT (near threatened) atau mendekati terancam punah), serta Labi-labi (Amida cartalaginea), Ular Sawah (Phyton reticulatus), Ular Kobra dan Tedung (Ophiophagus hannah) (appendix II CITES.) (Pramudianto, 2018)
Keragaman biodiversitas yang terdapat pada ekosistem lahan gambut ini seharusnya membuat kita sadar akan pentingnya untuk menjaga keutuhan dari lahan gambut yang kita miliki, karena mengingat ekosistem lahan gambut ternyata juga berperan penting dalam mengatasi perubahan iklim Melalui Paris Agreement 2015 dengan NDC sebagai komitmen yang akan dilaksanakan tahun 2020, maka diperlukan kesiapan ekosistem lahan gambut sebagai unsur yang dapat mengurangi dampak dari perubahan iklim. Karena itu ekosistem ini akan menjadi penting di masa mendatang baik dalam kerangka perlindungan flora dan fauna maupun dalam mengatasi dampak perubahan iklim.Â
Di samping itu banyak terjadinya kebakaran hutan di hutan gambut riau yang ternyata tidak hanya berdampak terhadap flora dan fauna tetapi berdampak terhadap kualitas lahan gambut, hal ini secara tidak langsung berdampak terhadap eksistensi mikroba indigenous dan juga serangga yang berada di sekitar daerah lahan gambut.
Lahan Gambut juga mempunyai Mikroba Indigenus yang berperan sebagai inhibitor Ralstonia solanacearum yang merupakan saahs atu bakteri patogen yang terdapat pada tanah yang menyerang tanaman budidaya, adanya kemunculan baktteri patogen ini membuat petani mengontrol hama ini dengan peptisida kimia namun hal ini berimbas terhadap makhluk hidup yang ada di sekitar maupun lingkungan, bakteri ini merupakan aktinomisetes, aktinomisetes dan jamur yang telah diuji aktivitasnya dalam mendegradasi lignin, selulosa dan seleksi aktivitas antifungi, namun mikroba tersebut belum diketahui kemampuannya dalam aktivitas antibakteri. Dan bakteri ini seharusnya bisa di kembangkan karena merupakan produk lahan gambut yang merupakan salah satu keanekaragaman hayatinya selain mikroba lahan gambut memiliki banyak jenis serangga namun jenis serangga di lahan gambut riau terus menurun seiring waktu, hal ini terjadi bukan tanpa sebab, Salah satu gangguan serius yang terus terjadi di lahan gambut adalah kebakaran (Dwiana, 2014). Kebakaran sebagian besar terjadi pada lahan gambut sebagai akibat aktivitas pembukaan lahan Kebakaran pada lahan gambut sangat mempengaruhi perubahan sifat fisik dan kimia gambut dimana keanekaragaman fauna tanah khususnya serangga tanah tersebut tinggal. Jika terjadi kebakaran maka keberadaan dan komposisi faktor-faktor tersebut dapat berubah sehingga menurunkan keberadaan fauna tanah yang khususnya serangga tanah.
Hal ini terbukti oleh beberapa penelitian yang di lakukan Novia (2016) pada lahan bekas kebakaran yang hanya di biarkan tanpa di tanam dengan tumbuhan keberadaan serangga tanah sangat menurun drastis, namun pada lahan gambut bekas kebakaran dan di tanami tumbuhan monokultur dan heterogen lebih banyak terhdapat serangga tanah.
Maka dari itu pentingnya peranan dari lahan gambut dalam menjadi habitat banyak flora dan fauna di indonesia mengingat indonesia merupakan nomor 4 di dunia dengan lahan gambut terluas di dunia tidak hanya flora dan fauna, juga mikroba yang sangat bermanfaat dan masih belum banyak di ekplor lebih luas serta keberagaman serangga tanah yang hidup di dalamnya membuat kita harus lebih memerhatikan lahan gambut karena banyak nya biodiversitas yang terdapat di lahan gambut, apakah masih enggan untuk menjaga kelestarian lahan gambut kita ???.
SUMBER :
Gesriantuti, N., Trantiati, R. and Badrun, Y., 2016. Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah Pada Lahan Gambut Bekas Kebakaran dan Hutan Lindung di Desa Kasang Padang, Kecamatan Bonaidarusalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Photon: Jurnal Sain dan Kesehatan, 7(01), pp.147-155.
Inggriani, D., Roza, R.M. and Martina, A., 2014. Potensi Mikroba Indigenus Asal Tanah Gambut Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar Riau Dalam Menghambat Pertumbuhan Ralstonia Solanacearum.
Pramudianto, A., 2018. Flora dan fauna pada ekosistem lahan gambut dan status perlindungannya dalam hukum nasional dan internasional. Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management), pp.185-199.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI