Mohon tunggu...
Damiri Alawi
Damiri Alawi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Lepas

damiriahmad4@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu Itu Harusnya Riang Gembira

27 Januari 2024   22:00 Diperbarui: 27 Januari 2024   22:02 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingar bingar pemilihan serentak tinggal menghitung hari. Dari mulai pemilihan calon presiden dan wakil presiden, pemilihan dewan perwakilan daerah, serta pemilihan dewan perwakilan rakyat RI dan daerah. Kontestasi demokrasi yang juga merupakan pesta yang dirayakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Sebagaimana kita tahu, yang namanya pesta itu harusnya dirayakan dengan suka cita dan riang gembira. Menebarkan cinta, menebarkan kasih sayang tanpa pandang bulu.

Namun apa daya, pesta rakyat yang dilakukan selama lima tahun sekali ini malah jauh dari kata riang gembira. Banyak hal-hal yang dilakukan terkesan melanggar norma. Sudah pasti, kebanyakan yang melakukan hal tersebut merupakan para pendukung yang mendukung capres atau caleg tertentu. Entah itu karena militan atau karena hanya ingin petantang-petenteng.

Banyak perbuatan yang membuat para pendukung tersebut menjadi manusia rese. Alih-alih menjelaskan visi dan misi capres atau caleg pilihannya, eh dia malah menebar isu-isu kebencian, isu-isu sara yang membuat suasana jadi kurang kondusif. Menyebarkan fitnah dengan seenaknya.

Ditambah lagi dengan terciptanya berbagai statement yang menakutkan. "Jika tidak memilih si A maka agama kalian diragukan".

"Karena calon B ini merupakan hasil dari para ulama, jika kalian tidak memilih calon B maka kalian dajal".

Belum lagi baperan setelah habis-habisan dikritik oleh masyarakat terhadap sebuah janji yang kurang masuk akal. Harusnya mencatat kritik tersebut untuk menjadi sebuah perubahan, eh dia malah tutup telinga dan tutup mata, seakan-akan dia tak mau mendengar sebuah kritik yang membangun.

Politik itu penuh dengan kepentingan. Jangan karena beda yang dipilih, eh masyarakat malah terpecah belah. Yang biasa ngopi-ngopi di pos kamling sambil haha-hihi, eh ini jadi musuhan karena beda sudut pandang politik. Sadarlah, jika sudah begitu, kalian merupakan manusia-manusia rese.

Pemilu itu harusnya riang gembira, bukannya malah menebarkan hal-hal yang menakutkan.

Pemilu itu harusnya penuh cinta dan sayang. Sesama pendukung harus tetap damai.

Jangan sampai karena pemilu, malah memecah belah umat.

Aku, kamu, kita, serta semua elemen masyarakat harus menciptakan pemilu yang bebas dari unsur-unsur yang bisa memutus tali persaudaraan. Kita semua menginginkan pemimpin baik dari yang terbaik. Maka dari itu, yang utama dan harus diutamakan adalah menciptakan pemilu ini dengan cara yang baik.

Ingat, jangan jadi manusia rese.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun