Mohon tunggu...
Damiri Alawi
Damiri Alawi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Lepas

damiriahmad4@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secangkir Amerikano

13 Oktober 2023   22:58 Diperbarui: 13 Oktober 2023   23:13 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal sudah diperingatkan oleh berbagai sajak yang telah tertuang dalam berbagai buku. Ditambah lagi diingatkan oleh puisi-puisi yang bertebaran di lini masa.

Pertemuan dengan orang baru memang sangat mengasyikan, apalagi orang tersebut merupakan perempuan yang mulai dikagumi. Pertama kali memberanikan diri untuk mengirimkan pesan rasanya sudah tak karuan. Ditambah lagi dengan beberapa pengalaman yang hasilnya sudah bisa ditebak, yaitu diabaikan. Namun, tekad hati dibulatkan dan sebuah pesan mendapat balasan.

Senang sekali rasanya, tak disangka ternyata pesan yang dikirim tersebut mendapat balasan. Respon yang kau beri juga mengasyikan, membuat aku yang telah lama menutup hati, namun sekarang mulai terbuka secara perlahan.

Selang beberapa hari, aku mengajakmu untuk bertemu, di sebuah kedai yang letaknya tak jauh dari tempatmu tinggal. Dengan sebuah buku yang kubawa untuk kuberikan kepadamu, yang mana kau cukup menggemari literasi.

Malam begitu dingin, namun aku masih belum bisa mencairkan suasana untuk sekadar lebih hangat. Rasa canggung dan grogi yang menyelimuti membuat rasa cemasku semakin menjadi-jadi. Mungkin salah satu faktor terbesarnya karena selama lebih dari tiga tahun aku tak pernah jalan bersama seorang wanita. Ingin rasanya bertingkah aneh namun mana mungkin aku langsung menunjukkan sikap bobrokku, pasti itu akan membuatmu jijik. Pikirku.

Tapi tak disangka, selepas pertemuan pertama itu kau masih mau berinteraksi denganku. Sekadar berbalas pesan, meski pun tak sering, namun itu sudah lebih dari cukup. Bahkan pada beberapa waktu, kau memintaku untuk sekadar membantu untuk mengerjakan tugas kuliahmu.

Sesekali berkirim pesan dan melihat story yang kau unggah di lini masa, sudah lebih menyenangkan.

Namun, ketika aku melihat sebuah story yang kau unggah ke lini masa mu, kau mengunggah sebuah foto dengan dress code yang sama dengan seorang pria. Siapa itu gerangan? Ingin sekali untuk menanyakan, namun seketika sadar, aku tak berhak untuk menanyakan itu.

Cemburu? Ah sudahlah, tak usah kau tanyakan hal itu. Memang salahku juga, tak berbicara lebih awal perihal maksud utamaku apa kepadamu. Mungkin rasa itu memang harus kembali larut ke dalam secangkir amerikano. Diaduk dan dibiarkan dingin tanpa diminum sekalipun. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun