Pada pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, seorang pendidik harus tetap mengedepankan nilai-nilai kebajikan universal yaitu kebenaran, keadilan, persatuan, toleransi, cinta kasih, penghargaan, serta tanggungjawab. Dengan berpedoman kepada nilai-nilai tersebut, maka apapun keputusan yang diambil akan dapat dipertanggungjawabkan serta mampu mengatasi masalah yang ada.
Nilai-nilai yang dianut oleh pendidik seperti keadilan, Kasih sayang, kemanusiaan, tanggungjawab, kejujuran dan lain-lain akan sangat mempengaruhi pendidik tersebut dalam mengambil sebuah keputusan, baik yang berupa dilema etika maupun bujukan moral. Karena nilai ini akan menjadi dasar seseorang pendidik dalam mempertimbangkan benturan nilai yang muncul dalm kasus dilema etika dan bujukan moral. Mana nilai yang harus dipertegas, dikuatkan atau mungkin dikalahkan agar keputusan yang dihasilkan bisa berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Lingkungan yang posittif, konduktif, aman dan nyaman, adalah lingkungan yang membangun persepsi, bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda, dan orang lain adalah mitra bukan saingan. Lingkungan tersebut dapat dibangun dengan menciptakan budaya positif di sekolah. Budaya positif terbentuk dari pengambilan keputusan pimpinan yang tertuang secara efektif dan bijak dalam program-program sekolah melalui kesepakatan dan kolaborasi dengan semua warga sekolah. Juga dengan melaksanakan prinsip among dan pendekatan inkuiri apresiasif yang mampu mendorong untuk berfikir dan bertindak etis di kelas maupun di sekolah
Lingkungan yang positif, kondusif, nyaman dan aman adalah lingkungan yang membangun persepsi bahwa setiap orang memeiliki potensi yang berbeda-beda, orang lain adalah mitra bukan saingan. Tugas pendidik adalah membentuk anak-anak menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Persepsi tersebut akan mendorong kuatnya kolaborasi antar murid, guru dan orangtua.
Lingkungan tersebut akan tercipta dari budaya positif. Budaya positif akan terbentuk dari kesepakatan dan sinergitas para pelaku lingkungan dalam menyepakati Tindakan positif. Dalam kesepakatan ini lah dibutuhkan suatu keterampilan dalam pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan nilai-nilai kebajikan.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang ada saat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika adalah saat terjadinya perbedaan pendapat dalam memutuskan suatu keputusan. Untuk itu dibutuhkan sekali pimpinan yang bijak dalam menyingkapi perbedaan pendapat antara anggotanya yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil. Dan perlu sekali adanya komunikasi dan keterbukaan untuk memecahkan suatu masalah dilemma etika berdasarkan paradigmanya seperti individu vc kelompok, keadilan vs kasihan, kebenaran vs kesetiaan, jangka pendek vs jangka panjang.
Tantangan muncul Ketika tidak ada komunikasi dan keterbukaan dalam lingkungan. Pada kasus pengambilan keputusan dari suatu masalah dilema etika, dibutuhkan suatu kejelian dalam analisisnya. Akankah menggunakan prinsip end based thinking, role based thinking, care based thinking dalam penyelesaiannya.
Oleh karena itu perlu adanya komunikasi dan keterbukaan untuk memetakan suatu masalah dilema etika berdasarkan paradigmanya. Seperti:
1. individu vs kelompok