Ulat sutera adalah sejenis serangga yang menghasilkan serat sutera. Serat sutera ini kemudian dipintal menjadi benang sutera yang kemudian dijadikan bahan baku kain sutera. Â
Serangga ini mengalami metamorphosis sempurna. Dalam satu siklus hidup terdapat empat tahap perkembangan, yaitu telur, larva (baca: ulat), pupa (kepompong), dan tahap dewasanya disebut ngengat.
Ngengat berbeda dari kupu-kupu dalam hal kemampuan makan. Â Ngengat sama sekali tidak makan, sedangkan kupu-kupu masih makan menghisap sari bunga. Ngengat, seperti halnya kupu-kupu, mempunyai sayap dan bisa terbang. Sekarang ini, ngengat dari ulat sutera sengaja dibuat melalui modifikasi genetic supaya tidak bisa terbang jauh untuk memudahkan proses perkawinannya. Â
Ulat sutera bermarga (genus) Bombyx dan nama spesiesnya Bombyx mori. Â Kata mori ini berasal dari pakannya, yaitu daun murbei. Berbagai jenis daun murbei semua bermarga Morus. Â Ada Morus alba, Morus nigra, Morus multicaulis, Morus kanva, dan masih banyak jenis Morus yang lain. Oleh karena itu, Ulat sutera Bombyx mori diberi nama demikian karena memakan daun-daun murbei dari marga Morus.
Di alam dan pada pemeliharaan komersial, ulat sutera selalu diberi pakan daun murbei. Tetapi pada penelitian dan tujuan tertentu, ulat sutera bisa saja diberi pakan bukan daun, tetapi pakan buatan. Pakan bisa dibuat dari campuran berbagai bahan, seperti pakan ayam yang dihaluskan dan ditambah komponen aroma yang ada di daun murbei.
Bagaimana daun bisa diubah menjadi serat sutera? Daun murbei mengandung air dan zat-zat gizi, di antaranya karbohidrat, protein, lemak, berbagai vitamin, dan berbagai mineral.
Setelah daun dimakan oleh ulat, zat-zat gizi yang ada di dalam pakan dicerna di saluran pencernaan ulat. Zat gizi yang sudah dicerna akan diserap di usus, dan masuk ke dalam tubuh ulat. Â Zat gizi sederhana yang diserap, sebagian digunakan untuk energi bergerak, sebagian untuk membentuk jaringan tubuh ulat, dan sisanya akan disimpan dalam bentuk lemak.
Ulat sutera pada tahap larva (ulat) akan berganti kulit beberapa kali. Pada umumnya ulat berganti kulit 4 kali. Kulit luarnya disebut kitin, merupakan kerangka luar ulat. Â Kitin menjadi pembatas pertumbuhannya.
Hal ini berbeda dengan hewan mamalia yang mempunyai kerangka di dalam. Penambahan cadangan makanan dan pertumbuhan organ tidak terganggu karena tidak ada pembatas pertumbuhan. Â Pada ulat sutera, cadangan makanan yang disimpan akan menumpuk, sehingga kerangka luarnya tidak bisa lagi menampung. Oleh karena itu, ulat perlu berganti kulit menjadi lebih besar. Â Â
Selain untuk energi gerak, pertumbuhan, dan penyimpanan, sebagian zat gizi akan masuk ke dalam kelenjar sutera. Â Kelenjar sutera lama-lama akan semakin membesar menjadi sepertiga bobot badan pada tahap akhir kehidupan ulat. Â Kelenjar sutera inilah yang memproduksi serat sutera. Ujung kelenjarnya bermuara di dekat mulut ulat.
Serat sutera sebenarnya gabungan dari dua macam protein. Protein serat, yang juga disebut fibroin, akan menjadi benang sutera, dan protein kedua, yang disebut sericin, merupakan pelekat dari untaian fibroin. Pada saat proses pemintalan, kokon ulat sutera dicelup di air panas, maka sericinnya akan larut dalam air panas, dan tinggallah benang sutera yang bisa dipintal.