Mohon tunggu...
Damianus Gading
Damianus Gading Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bangsa Indonesia 24 karat karena tidak jelas suku aslinya..perpaduan harmonis dari buah cinta suku Flores dan Sunda, lahir di Kota Hujan, 10 Oktober 1979..."just a simple man..looks simple outside..but little bit complex inside..."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta Datang untuk Menyatukan Perbedaan (Tanggapan atas Pernikahan Beda Agama)

24 Agustus 2009   15:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:48 3593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat maraknya perdebatan tentang "Pernikahan Beda Agama" di media Kompasiana ini, ada beberapa hal yang perlu kita jadikan sebagai bahan permenungan bersama. Permenungan tentang makna dari sebuah perkawinan...permenungan yang jelas tidak bisa dilepaskan dari kehendak bebas manusia untuk menjadi bahagia...seberat apapun tantangan dan setinggi apapun "tembok" pemisah dari dua anak manusia yang saling mencintai satu sama lain.

Penulis sendiri adalah pribadi yang dilahirkan sebagai buah cinta dari dua pribadi yang berbeda baik suku, agama, tingkat pendidikan, status sosial maupun status ekonomi. Perbedaan-perbedaan itu dilihat dari sudut pandang manusiawi jelas tidak memungkinkan bagi keduanya untuk membina kehidupan rumah tangga. Manjadi saksi hidup atas komitmen mereka untuk saling mencintai satu sama lain sampai maut memisahkan mereka berdua adalah sebuah pengalaman berharga yang membuatku belajar bahwa Cinta datang untuk menyatukan perbedaan. Pengalaman itu membuatku berefleksi tentang beberapa hal mengenai hubungan antar manusia yang saling mencintai satu sama lain. Buah-buah refleksi tersebut ingin penulis sharingkan kepada para pembaca kompasiana sebagai berikut :

Cinta sebagai Anugerah VS Ego Manusia

Penulis mengimani bahwa Cinta adalah anugerah dari Allah yang Maha Esa. Tidak pernah ada penjelasan secara ilmiah yang mampu menjawab mengenai pertanyaan : "Darimana Cinta itu datang..? Darimana Cinta itu berasal..?". Selama belum terjawab...penulis masih mengimani sampai detik ini bahwa Cinta itu datang...berasal dari Allah sendiri. Dan karena Cinta berasal dari Diri-Nya yang Suci, maka Cinta itupun bersifat Suci seperti halnya Dia Sang Pemberi. Pertanyaan yang paling logis adalah.."Jika Cinta itu berasal dari-Nya dan bersifat Suci seperti Diri-Nya...mengapa Cinta bisa membuat manusia patah hati, kecewa bahkan berubah menjadi benci..?" Jawabnya sangat mudah...yaitu karena manusia adalah mahluk yang memiliki Ego, Ego adalah kodrat manusia..itu mutlak dan tidak terbantahkan. Ego mampu membuat Cinta yang sebelumnya bersifat suci menjadi kehilangan makna kesuciannya...Ego menyamakan Cinta dengan keharusan untuk memiliki sesuatu atau seseorang yang dicintai demi kepuasan diri sendiri. Ketika mengatakan "Aku Mencintaimu..." Ego berusaha memanipulasinya dengan memaknainya yang kira-kira jika diungkapkan "Karena jika aku bersamamu aku bahagia..tetapi..jika kau pergi aku pasti menderita.." Ego mengubah esensi Cinta dari "memberi" menjadi "menerima"...semuanya demi aku...demi kebahagiaanku..selalu untuk aku. Maka ungkapan yang tepat adalah "Aku Mencintai diriku sendiri..."

Spiritualitas Agama VS Ego Manusia

Walaupun Allah bersifat Esa...Ia memberikan kebebasan kepada manusia untuk mencari-Nya melalui banyak "jalan" baik melalui Agama ataupun kepercayaan yang lain yang bersifat "Ilahi"... Setiap Agama memiliki tradisi dan aturan-aturan yang wajib diikuti para penganutnya. Umat beragama mengimani bahwa aturan-aturan yang tertulis dalam Kitab Suci adalah wahyu dari Allah sendiri, oleh karena itu ia bersifat mutlak/absolut alias tidak terbantahkan. Manusia dikaruniai kebebasan oleh Allah sendiri untuk memilih dengan "jalan" apa ia akan mencapai kebahagiaan sejati untuk kembali kepada-Nya setelah kehidupan ini berakhir. Penulis sengaja menulis sub judul diatas dengan kata-kata "Spiritualitas Agama", maksudnya adalah bahwa Agama tidak hanya dipahami sebagai sebuah aturan-aturan, tradisi, doktrin dan tafsiran ayat-ayat suci saja. Agama sejatinya adalah sebuah spiritualitas untuk melihat "Wajah Allah" dalam segala hal dan peristiwa hidup kita. Pemahaman akan aturan, tradisi dan ayat-ayat suci tanpa disertai spiritualitas untuk melihat "Allah Dalam Segala" justru membuka jalan bagi Ego manusia untuk kembali memanipulasi nilai-nilai kesucian ajaran Agama. Ketaatan dan kepatuhan terhadap ajaran Agama dapat dimanfaatkan Ego manusia yang kira-kira jika diungkapkan dengan kata-kata adalah "Agamakulah yang terbaik...bukan Agamamu...Tidak ada jalan lain kepada Allah jika tidak melalui Agamaku...di luar Agamaku...engkau adalah murtad..." Ego menghalangi manusia untuk melihat "Wajah Allah" dalam perbedaan-perbedaan...yang justru diciptakan oleh Allah sendiri.

"Peraturan Dibuat untuk Ditaati...Tetapi Cinta Tahu Kapan Harus Melanggarnya.."

Pemahaman akan ajaran Agama dan pemaknaan akan Cinta yang didominasi oleh Ego manusia akan membuat kita semakin "melekat" akan cinta terhadap diri sendiri. "Kelekatan" itu justru menghilangkan keindahan "Wajah Allah" yang sejatinya selalu hadir dalam setiap peristiwa hidup manusia. "Wajah Allah" itu hadir dalam kehidupan perkawinan almarhum Bapak dan alamarhumah Ibuku...dua pribadi yang memaknai Cinta dan Agama sebagai karunia dari Allah sendiri...Mereka juga berhadapan dengan "tembok" kokoh tradisi akan ketaatan terhadap ajaran-ajaran Agama dan semua aturan-aturannya yang terlanjur ditafsirkan seturut Ego manusia...tetapi mereka memilih untuk melanggarnya...karena Cinta yang hakikatnya suci..berasal dari Allah...berhasil "melumpuhkan" Ego manusia..dengan mengatakan "Aku Mencintaimu..." kedua orangtuaku secara nyata telah mengajarkan kepadaku bahwa kata itu mengandung makna "Engkau dan Aku" bukan lagi aku sendiri....

Semua perbedaan itu akhirnya mampu mereka atasi ...mereka setia sampai maut memisahkan mereka...seperti janji mereka di hadapan Allah untuk hidup setia dalam keadaan untung maupun malang...dalam keadaan sehat maupun sakit...dalam keadaan suka maupun duka...Itulah "Wajah Allah" yang kutemukan melalui kedua orangtuaku..."Wajah" yang memperlihatkan kepadaku bahwa Cinta memang datang untuk mengatasi segala perbedaan.....

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun