Mohon tunggu...
Damianus Gading
Damianus Gading Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bangsa Indonesia 24 karat karena tidak jelas suku aslinya..perpaduan harmonis dari buah cinta suku Flores dan Sunda, lahir di Kota Hujan, 10 Oktober 1979..."just a simple man..looks simple outside..but little bit complex inside..."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terima Kasih Terorisme...!!

8 Agustus 2009   23:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:51 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

>Menarik sekali membaca tulisan Nicholaus Prasetya di Kompasiana mengenai ungkapan terima kasih dan selamat jalan kepada Mbah Surip, W.S.Rendra dan terakhir...Noordin M.Top.
Dalam tulisan kali ini, saya hanya akan membatasi ungkapan terima kasih saya khusus kepada yg disebutkan paling akhir diatas...buronan yang "Most Wanted" di Republik ini.

Terlepas dari informasi yang masih belum jelas tentang apakah jenazah yang tertembak jam 10 pagi ini adalah seorang Noordin M.Top? Satu hal yang pasti bahwa orang tersebut adalah seorang teroris...terlihat dari bagaimana ia bertahan dan melakukan perlawanan dengan segala amunisi yang dimilikinya.
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Polri khususnya Densus 88 yang dalam waktu kurang dari 1 bulan sejak kejadian bom di Marriot dan Ritz Carlton mampu memberikan "shock teraphy" bagi gerakan terorisme di Indonesia. Dihari yang bersamaan sejak Jumat, 7 Agustus 2009 sore dan Sabtu,8 Agustus 2009 dini hari dilakukan penyergapan dengan unsur dadakan yang cukup efektif di dua tempat berbeda Jatiasih, Bekasi dan Temanggung, Jawa Tengah. Proficiat......!!!

Selain kepada Polri, saya juga merasa perlu untuk mengucapkan terima kasih kepada gerakan terorisme yang semakin marak aktifitasnya sejak runtuhnya rezim Orde Baru. Dalam konteks ini saya memandang gerakan terorisme sebagai sebuah cermin bagi kita sebagai sebuah Bangsa...cermin yang secara jujur "menelanjangi" banyak hal dan detil dari setiap kondisi "fisik" maupun "mental" kita yang mungkin tidak terlihat hanya sekilas pandang...cermin yang membuat kita mampu jujur didalam hati tentang "borok,kutil,jerawat" yang menghiasi wajah kita tetapi selalu berusaha kita tutupi...

Terorisme sebagai bagian dari budaya kekerasan sebuah bangsa.
Terorisme adalah juga sebuah budaya, hasil dari pemikiran dan aktifitas manusia yang berkembang seiring berjalannya waktu. Cara dan metodenya terus berkembang, walaupun tujuannya hanya satu yaitu menciptakan teror dan ketakutan yg bersifat masif. Budaya teror adalah juga budaya kekerasan, karena memandang bahwa hanya dengan kekerasan saja tujuan perjuangan itu bisa dicapai. Sejarah bangsa ini mengajarkan bahwa budaya kekerasan tersebut juga menjadi bagian dari sejarah nenek moyang dan para pendahulu kita. Perjuangan meraih kemerdekaan dari penjajahan asing sejak masih bersifat lokal kedaerahan hingga bersifat nasional sebagai sebuah perjuangan seluruh bangsa telah mengajarkan kepada kita bahwa hanya dengan melakukan perlawanan hingga titik darah penghabisan...kemerdekaan itu bisa kita raih. Dalam setiap suku di Indonesia, budaya kekerasan juga cukup kental, kita bisa melihat sebagai contoh budaya untuk berperang antar suku dalam menyelesaikan sebuah permasalahan adat.
Saya tidak bermaksud membandingkan gerakan terorisme dengan gerakan revolusi fisik di masa perjuangan dulu ataupun budaya perang suku yg ada di hampir semua suku di Indonesia. Saya rasa Anda semua juga pasti sangat paham dimana letak perbedaanya....
Substansi yang ingin saya sampaikan adalah sebuah pertanyaan sederhana : "Mengapa terorisme bisa tumbuh dengan subur di Bumi Pertiwi..?" Gerakan terorisme yang bersifat keagamaan atau mengatasnamakan agama tertentu telah secara kasat mata "menelanjangi" bangsa kita dilihat dari berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Gerakan terorisme telah memberikan cermin yang amat baik sehubungan dengan budaya kekerasan yang saya gambarkan diatas. Cermin tersebut secara jujur telah menunjukkan kepada kita bahwa naluri sebagian kecil rakyat kita masih menganut budaya kekerasan sebagai satu-satunya jalan dalam mencapai tujuan. Ruang bagi gerakan terorisme akan selalu terbuka di sebuah bangsa yang masih menganut budaya kekerasan tersebut.

Radikalisasi Nilai-nilai Keagamaan
Gerakan terorisme yang mendasarkan perjuangannya atas nilai kebenaran absolut suatu ajaran Agama, akan tumbuh sangat subur di sebuah bangsa yang dalam sejarahnya telah memiliki nilai-nilai religiositas yang sangat mengakar kuat, seperti bangsa kita.
Nilai-nilai keagamaan mendapat tempat yang penting dalam budaya masyarakat kita, bahkan sila pertama Pancasila jelas sekali menggambarkan bangsa ini sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ke-Ilahian dalam Agama.
Gerakan terorisme telah memberikan cermin yang sangat jujur tentang sejauh mana bangsa ini menghayati nilai-nilai keagamaannya.  Gerakan terorisme telah menunjukkan kepada kita bahwa sebagian kecil masyarakat bangsa ini masih gagal memahami substansi ajaran agama yang sebenarnya. Adalah juga kegagalan para pemimpin agama kita yang memiliki otoritas moral dan otoritas pengajaran mulai dari kampung-kampung, desa-desa sampai kota-kota yang melakukan khotbah dan tafsir akan ayat-ayat suci secara tidak bijaksana atau bahkan melenceng dari nilai ajaran yang sebenarnya. Tafsir dan khotbah yang seperti itu secara tidak langsung akan tertanam kuat di memori kolektif umat yang belum memilik landasan keimanan yang kuat dan rasional. Kerusuhan atas nama agama di Ambon dan Poso membuktikan hal tersebut...dan sekali lagi budaya kekerasan "dibenarkan" untuk mencapai tujuan....

Meningkatnya Gejala Individualisme
Sebagai sebuah bangsa yang lahir dari sebuah kebersamaan dari banyak perbedaan (Unity in Diversity), bangsa ini secara sadar atau tidak sadar telah lupa akan sejarah masa lalunya. Kehidupan masyarakat kita saat ini sebagian besar sudah melupakan kebersamaan tersebut. Tidak ada lagi rasa tenggang rasa, gotong royong dan budaya menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi yang selalu ditekankan sejak dahulu kala. Gerakan terorisme akan tumbuh subur di sebuah masyarakat yang individualis...tidak perduli pada lingkungan sekitar...masa bodoh dengan keadaan lingkungan...dan tidak perduli lagi dengan rasa kebersamaan untuk memperhatikan tetangga,teman,keluarga dan sahabat bahkan orang asing yang tinggal di sekitar kita. Secara sengaja kita memilih untuk tidak terlbat dalam kebersamaan tersebut dengan berbagai pertimbangan..entah sibuk mencara nafkah...entah takut dicurigai macam-macam...takut merasa direpoti....dan seribu satu macam alasan lainnya.

Kemampuan Pemerintah dalam Melindungi Rakyatnya
Gerakan terorisme adalah cermin yang sangat baik dari betapa lemahnya fungsi intelijen di negara kita. Mengapa Noordin M.Top sangat hobby melakukan terorisme di Indonesia daripada di negaranya sendiri? Saya rasa Anda semua bisa menganalisanya.....

Pepatah mengatakan seekor keledai tidak pernah jatuh dua kali ke lubang yang sama, semoga bangsa kita dengan seluruh potensi budaya yang dimilikinya...dengan seluruh sejarah yang telah dijalaninya...dapat belajar dari cermin-cermin yang jujur dari sebuah gerakan terorisme....
Terima kasih Terorisme.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun