Adapun ciri-ciri anak yang mengalami grooming biasanya adalah anak sangat tertutup tentang apa yang mereka lakukan di waktu luang mereka, termasuk di dunia maya, mereka merahasiakan sumber dari hadiah atau uang yang mereka dapatkan, menjalin persahabatan dengan orang yang lebih tua, atau mengalami perubahan emosional seperti menjadi lebih menarik diri atau cemas.Â
Orang tua perlu waspada dengan sexual grooming ini karena dapat mengakibatkan munculnya depresi dan kecemasan pada anak, disosiasi, masalah tidur dan masalah perilaku seksual.
Lalu apa yang harus dilakukan jika anak terlanjur menjadi korban kekerasan seksual atau saat ini sedang mengalami grooming untuk menjadi korban kekerasan seksual?
Arie Suciyana menuturkan situasi tersebut harus segera ditangani salah satunya dengan metode Psychological First Aid /PFA atau dukungan psikologis awal dapat dianalogikan sebagai P3K untuk ketidaknyamana psikologis
"PFA diperlukan untuk mengurangi ketidak nyamanan yang disebabkan karena reaksi emosi dan pikiran setelah mengalami peristiwa stress tinggi (trauma)," jelasnya
Menurutnya, apabila gangguan psikologis tersebut tidak segera diatasi maka dampak serius jangka panjang, tidak hanya merugikan dirinya tapi juga orang lain, dalam hal ini keluarga dan lingkungan.
Bagi yang mengalami trauma atau dampak psikologis karena kekerasan seksual harus segera di tangani oleh tenaga profesional kesehatan mental.
Dengan metode sederhana PFA, Arie Suciana berharap peserta seminar parenting dapat memperoleh pengetahuan dan memberikan edukasi kepada orang terdekat atau lingkungan masyarakat apabila ada yang mengalami kekerasan seksual, sehingga proses penyembuhan psikis dapat teratasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H