Mohon tunggu...
Damayanti Sinaga
Damayanti Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - Suka meriset

Gemar membaca dan belajar. Tentu hobi travelling.

Selanjutnya

Tutup

Money

Infrastruktur untuk Pertanian dan Ketahanan Pangan

22 Mei 2019   00:05 Diperbarui: 22 Mei 2019   08:53 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringkat Ketahanan Pangan Indonesia ke-65, sementara Singapura ke-1 Sumber: Global Security Index/Tangkapan Layar Pribadi

Indonesia menduduki peringkat ketahanan pangan ke-65, jauh di belakang Singapura dan negara-negara regional Asia Tenggara lainnya pada 2018. Peringkat ini disusun dalam publikasi Global Security Index berdasarkan tiga indikator antara lain: daya beli konsumen, ketersediaan makanan, dan kualitas dan keamanan makanan. Fakta ini sangat mencengangkan mengingat Indonesia merupakan negara agraris, ditumbuhi tanam-tanaman yang begitu lebat. Mirisnya, negara tetangga Indonesia yang tidak memiliki hutan dan tanam-tanaman, yakni Singapura, bisa menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan ketahanan pangannya terbaik.

Apa faktor utama yang menyebabkan peringkat ketahanan pangan Indonesia begitu rapuh? Hal tersebut bermula dari infrastruktur yang tidak memadai. Infrastruktur yang buruk mengakitbatkan hasil pertanian tidak terdidistribusikan dengan lancar. Sebaliknya, kebutuhan para petani akan kPebutuhan pokok, informasi, alat dan teknologi pertanian

Peringkat Infrastruktur Indonesia ke-46 oleh World Bank Group (WBG)/Tangkapan Layar pribadi
Peringkat Infrastruktur Indonesia ke-46 oleh World Bank Group (WBG)/Tangkapan Layar pribadi
Fakta mengenai infrastruktur yang kurang memadai ini juga terungkap melalui survei World Bank Group (WBG) yang menyebutkan 1.peringkat infrastruktur Indonesia berada di peringkat ke-46. Masalah infrastruktur merupakan faktor utama yang harus segera dibereskan. Sebab, infrastruktur memengaruhi segala aspek kehidupan, khususnya pertanian dan paling utama ketahanan pangan.

Pengaruh Infrastruktur

1. Jalan

Jalan menuju Motung yang rusak menyebabkan para petani kurang semangat ke ladang/Dokpri
Jalan menuju Motung yang rusak menyebabkan para petani kurang semangat ke ladang/Dokpri
Kondisi jalan yang rusak menyebabkan akses para petani ke ladang terganggu. Itu juga mengurangi semangat petani untuk melangkah menuju ladang. Akibatnya, lahan pertanian jadi kurang terurus dan produksi pertanian menurun. Ini sangat memengaruhi perekonomian para petani. Seperti gambar di bawah ini, jalan menuju Motung dari Ajibata rusak. Hal ini mengakibatkan akses ke lahan pertanian sulit.

2. Listrik dan Telepon

Peningkatan akses arus listrik ke daerah pertanian akan meningkatkan produksi pertanian. Memampukan para petani untuk lebih kreatif dalam mengusahakan lahannya. Dengan tersedianya listrik, para petani akan lebih mudah menggunakan teknologi pertanian terkini untuk mengelola sumber daya lahan.

3. Pengairan

Yang juga tidak kalah penting yakni pengairan. Mustahil kegiatan pertanian dapat dilakukan tanpa bantuan air yang cukup. Dengan meningkatkan infrastruktur pertanian, khususnya pengairan, produktivitas lahan pertanian bisa ditingkatkan. Pembangunan irigasi pertanian juga menjadi sesuatu yang mendesak.

Infrastruktur jalan, pengairan, listrik dan telepon sangat berperan penting disini untuk mendukung keberlangsungan aktivitas pertanian. Kondisi jalan yang bagus dan mudah ditempuh, ketersediaan sumber daya air, memudahkan para petani menjangkau lahan pertanian mereka. Ini juga akan memotivasi para petani untuk sering ke lahan mereka. Sebaliknya, jika jalan rusak, pengairan sulit, tentu para petani akan enggan ke lahan mereka.

Infrastruktur yang memadai akan meningkatkan aliran barang dan jasa. Apalagi dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, tuntutan akan hasil pertanian juga meningkat. Guna memperlancar aktivitas pertanian, infrastruktur menjadi hal paling penting untuk dibenahi.

Hilirisasi untuk Ketahanan Pangan

Jika infrastruktur maju, perputaran barang dan jasa akan meningkat. Pemerintah bisa merangsang para petani dan pengusaha untuk meningkatkan hilirisasi pertanian. Sebab, hilirisasi akan memudahkan masyarakat untuk menyediakan produk yang mereka butuhkan. Mereka tidak perlu lagi pergi jauh untuk mendapatkan barang-barang yang mereka butuhkan. Misalnya, tidak perlu biaya ataupun ongkos untuk sekadar ke pasar atau toko yang jauh membeli kopi atau teh jika di tempat mereka tersedia biji kopi dan teh di ladang. Mereka bisa olah sendiri baik secara individu maupun kelompok.

Hal ini sangat bisa diterapkan oleh Sumatera Utara, khususnya kabupaten yang berada di kawasan Danau Toba. Di sana terdapat petak-petak sawah berwarna hijau-zamrud. Kopi, buah-buahan, dan rempah-rempah serta sayur-mayur dan tanaman lainnya tumbuh subur.

Hasil pertanian di kawasan Danau Toba memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Ada begitu banyak komoditas unggulan di kawasan Danau Toba dan Samosir. Ada kopi, kakao, kemiri, nenas, ubi, padi, jagung, ubi kayu, bawang merah, andaliman, jeruk, dan beberapa komoditas lainnya. Namun, hanya beberapa dari produk tersebut yang tersedia dalam bentuk produk hilirisasi. Semoga dengan berkembangnya infrastruktur, para petani dan pengusaha makin semangat dan kreatif guna mengolah lahan pertanian mereka. Akhirnya, produk hilirisasi meningkat dampaknya ketahanan pangan semakin membaik. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun