Mohon tunggu...
Damasti Simanjuntak
Damasti Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan yang di bumi Kolose 3:2

Guru SMA di Sumut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Menikmati Kehilangan

16 April 2015   10:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:02 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image result for foto senyum

Dia selalu menempel dijari kelingking..sudah  hampir tiga tahun dia menemani hari-hari.Terkadang berpikir betapa jorok dan bau badannya,di hampiri air,debu,matahari,jari manusia,bau nafas penilaian,lirikan mata,terkadang sabun, deterjen sering berpapasan juga dengan badannya yang bulat. walau begitu tak tahu mengapa tetap saja dia jadi perhatian padahal  sering juga saat memasak uap masakan, sambal yang menusuk hidung, asap ikan gosong juga menempel pada tubuhnya.

Teringat Perkenalan pertama dengannya  saat seorang teman membeli beberapa paket keluarga dan sahabatnya..kalung,gelang,dan cincin yang satu keturunan dengan rupa yang sama. Sang penjual memamerkan barang dagangannya beberapa pilihan yang biasa saja menurut saya, akan tetapi beberapa sahabat kala itu terkesima dan sangat tergiur untuk memiliki mereka,merangkul, dan mengajak mereka pulang. Saat mereka digelar satu persatu badan mereka diangkat diamat-amati, diberi komentar,di beri penilaian, diberi kesan baik, kurang baik dan memuaskan.

Kala itu cuaca sangat panas  sosok kepalanya yang tidak disentuh sedikitpun oleh mereka seolah memanggilku, memperkenalkan dirinya dan mengajak berkenalan aku tidak mengubrisnya dan mengalihkan  pandangan kearah lain dia tetap berharap aku melihatnya.Beberapa sahabatnya yang sudah dipilih oleh seorang teman dimintai pendapat untuk  dikomentari, "bagus" itu tanggapan datar dari saya memberi penilaian beberapa kali untuk sahabatnya.Pada saat yang bersamaan dia tetap berusaha memanggil, badannya yang kini miring oleh tangan mereka memelas setengah hati. Dia berhasil aku menyentuh dan mengangkatnya, mengamati dan meniru sikap mereka memberi penilaian..dia sendiri tanpa bentuk yang sama denganyang lain. Diputar,dibalikkan,ditekan,di tiup-tiup saat melihatnya dan diapun bersorak kegirangan memandangku..kamu kalah desisnya. Kekalahan yang masih kucoba lawan, meletakkan kembali beralih kepada para sahabatnya. Yah pada akhirnya aku kalahh...menyerah Suara tawa nya jelas terdengar dan aku ikut menikmati kegembiraan itu. Bukan karena komentar dari sang penjual  ataupun beberapa sahabat yang menyejetujui untuk aku memilikinya.

Sejak itu kami menjalani hari-hari bersama, kebersamaan dengannya jelas berwarna walau warna itu tak sepenuhnya kusukai bagaimana tidak..? dia sering menjadi sorotan dan kesombongan jelas ditaburkanya..hahh,"sering mendesah tidak nyaman karenanya","bosan dengan ego rendahan itu".Melepasnya menaruh dikantong, dalam tas ,meninggalkannya untuk tidak ikut serta dalam setiap kegiatan sering menjadi keputusan.

Dan  kebiasaan itu sebuah keburukan ternyata, menyesali diri mengapa tidak menyimpannya  pada tempat yang nyaman sehingga suatu waktu  bisa menikmati arti keberadaan masing-masing, bisa saling melengkapi ,bisa saling membahagiakan. Pada suatu waktu juga bertanya pada diri,”Mengapa hanya kadang kadang-kadang saja kamu kutinggal”..? Dan suara hati ini mengejutkanku kemungkinan bukan hanya kamu yang menabur kesombongan dan memiliki ego rendahan  bisa jadi itu milikku.

Yang pada akhirnya ego rendahan itu menciptakan keteledoran hingga disaat  rindu, mencarinya dia tidak Nampak,mencarinya ber-ulang ditempat biasa tak juga tampak, mencoba mengingat lagi mulai resah tidak siap kehilanganya semakin sibuk mencari merogoh kantong, membuka laci, tas, melirik lantai dan.. nihil. Ternyata benar telah kehilangannya, sedih bukan karena sangat membutuhkannya namun menyayangkan telah mengeluarkan beberapa rupiah untuk memilikinya sesebentar itu tak ada bekas. kemungkinan dia akan sangat tersinggung dengan kesimpulan ini.

Walau kehilangan dirinya hadirkan sedih,kusadari itu hanya sesaat..tak berapa lama lagi akan ada yang menggantikannya batinku tapi tak ada yang cukup menarik seperti dirinya. Kemungkinan terbesar karena hati tidak ingin terjebak  lagi dalam ego murahan itu .Kehilangan ini menyadarkanku tak semua yang kita miliki selamanya ada pada kita dia bisa saja pergi dari ketidak hati-hatian  ataupun dari rangkulan erat .Dan memiliki itupun tidak kekal orang bijak berkata menikmati kehilangan...bisa juga tersenyum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun