Mohon tunggu...
Damarra Kartika
Damarra Kartika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan Konsentrasi Studi Komunikasi Massa dan Digital Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Belajar "Komunikasi Cinta" Lewat AADC 2 (2016) Serta Milly & Mamet (2018)

15 Desember 2020   14:49 Diperbarui: 15 Desember 2020   15:56 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang belum pernah dengar kalimat viral, "Rangga, yang kamu lakukan ke saya itu.. Jahat", adakah? Melihat kesuksesan film Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016) atau disingkat AADC 2, melanjutkan cerita dari point of view yang berbeda, yakni Milly & Mamet (2018). 

Kedua film ini dalam dua pekan penayangannya, masing-masing berhasil menembus 1.5 juta penonton. IMDb juga memberikan nilai serupa yakni 7.4/10 untuk keduanya. 

"Komunikasi Cinta" dalam Kemasan Keseharian 

Komunikasi berperan penting dalam keseharian kita. Kalau kata orang-orang, "Komunikasi adalah kunci suatu hubungan", padahal kunci lain juga banyak! Disamping itu, seringkali komunikasi pun menjadi sumber dari perselisihan dalam relasi. 

Film AADC 2 (2016) serta Milly & Mamet (2018) menampilkan isu yang pusarannya adalah cinta. Riri Riza (Sutradara AADC 2) dan Ernest Prakasa (Sutradara Milly & Mamet) mengemas "cinta" dan permasalahan komunikasinya relatable dengan keseharian masyarakat. 


AADC 2 (2016) mengarah pada konflik dalam komunikasi Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastro) yang tidak terselesaikan dengan baik sebelumnya. Lantas AADC 2 (2016) hadir menjadi sekuel untuk kisah mereka. Penjelasan berupa komunikasi dan surat menjadi perantara bagi Rangga dan Cinta. 


Sementara, Milly & Mamet (2018) mencerminkan konflik komunikasi yang kerap terjadi dalam kehidupan rumah tangga baru. Milly (Sissy Priscillia) dan Mamet (Dennis Adhiswara) adalah pasangan baru dengan tekanan kehidupan (ekonomi dan sosial) ibukota, ditambah memiliki anak kecil, dan harus mengurus beberapa hal lain terkait keluarga. Terbayang runyamnya? 

Film Sebagai Komunikasi Massa 

Menurut Gerbner (1967), komunikasi massa merupakan produksi dan distribusi informasi dengan bantuan teknologi secara luas. Komunikasi massa menggunakan media massa (teknologi) yang dapat memecah batas ruang dan waktu. Dalam waktu yang singkat sekaligus tidak terbatas, komunikasi melalui media massa mampu menyebarkan pesan secara efektif. 

Menurut Rakhmat (2018), film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Oleh karena itu, film turut menyebarkan informasi dalam kemasan yang berbeda. Schramm (1977) menyatakan bahwa informasi dapat mengurangi ketidakpastian. Sehingga, film sebagai bentuk komunikasi massa, turut hadir untuk mengurangi ketidakpastian. 

AADC 2 (2016) serta Milly & Mamet (2018) memberikan informasi (gambaran) untuk mengurangi ketidakpastian dalam hal cinta dan liku komunikasinya. Baik pada fase pacaran ala Rangga dan Cinta, maupun pada fase setelah menikah ala Milly dan Mamet. 

Berbekal teknologi industri film yang sudah semakin maju, ide cerita yang sederhana dan menarik, kedua film ini terbilang efektif menyampaikan pesannya masing-masing. Lebih dari hal itu, trailer film yang selalu ditunggu banyak orang juga menjadi sarana distribusi film yang menarik. Youtube seolah turut membantu film dalam menggaet massa untuk menonton. 

Sumber: Tribunnews.com 
Sumber: Tribunnews.com 

Antrean terjadi tidak hanya pada film Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016) yang berhasil mendapatkan 201 ribu penonton pada hari pertama penayangan. Namun, juga pada film Milly & Mamet (2018) yang dirilis lima hari menjjelang hari raya Natal. 

Teori Auteur: "Komunikasi Cinta" Sebagai Wujud Cinta Sutradara 

Auteur merupakan bahasa Perancis dari author atau penulis. Teori ini berasumsi bahwa film, merupakan ekspresi dari pembuat karya. Dalam konteks yang lebih spesifik, sutradara film. Menurut Stam (2000), Andrew Sarris menjelaskan bagaimana adegan dalam sebuah film terlihat dan bergerak harus mencerminkan cara berpikir dan perasaan sutradara. 

Sebagai seorang komedian, Ernest selalu menghadirkan film yang mengemas permasalahan sehari-hari (khususnya keluarga) dengan komedi. Ernest juga sering turut berperan dalam penulisan naskah, hingga menjadi pemeran dalam film. Hal ini juga tampak melalui Milly & Mamet (2018). Ernest yang turut berperan dalam film, menjadikan warna film lebih sesuai dengan film ala Ernest.  

Sementara Riri Riza, sutradara yang lebih senior, cenderung "bermain" dengan genre yang beragam. Namun, filmnya juga selalu meledak di pasaran mulai dari Petualangan Sherina (2000) dan seterusnya. AADC 2 (2016) digarap atas kerinduan Riri dan Mira Lesmana, yang ingin mewakili zaman film ini dibuat. Perasaan inilah yang kemudian tertuang pada AADC 2 (2016). 

Interteks Ekonomi Politik dalam Romansa 

AADC 2 (2016) serta Milly & Mamet (2018) menarik untuk dilihat sisi interteks dalam bidang ekonomi politik. Teks yang terdapat dalam film, bisa berkaitan dengan teks lain di luar film. Hal ini dimaknai penonton hingga terjadi suatu aksi. 

Sumber: voxpop.id
Sumber: voxpop.id

Poin menarik dari meledaknya film AADC 2 (2016) adalah lokasi-lokasi wisata di Yogyakarta yang jadi ramai pengunjung. Tempat Rangga dan Cinta bernostalgia ini berlomba didatangi oleh masyarakat dari seluruh penjuru Indonesia. Ini tentu berdampak secara ekonomi bagi pemilik tempat-tempat wisata terkait. Mulai dari Villa tempat Cinta dan teman-temannya menginap, Pantai Parangtritis, Candi Ratu Boko, Kedai Kopi, hingga Punthuk Setumbu yang ikonik bagi Rangga dan Cinta. 

Sumber: id.bookmyshow.com 
Sumber: id.bookmyshow.com 

Sementara itu, pasangan suami istri Milly & Mamet (2018), secara drastis menaikkan angka penjualan dari brand Mitsubishi. Sejak awal film, beberapa mobil merek Mitsubishi memang sudah dihadirkan dengan tujuan branding. Namun, ternyata secara jangka panjang, penjualan mereka juga meningkat pesat. 

Lebih Rinci Soal Interteks AADC 2 (2016) serta Milly & Mamet (2018)

Pada adegan awal dalam film Milly & Mamet (2018), Mamet berangkat bekerja lalu terlihat Milly berbincang dengan tetangganya. Saat itu, Milly nyeletuk, 

"Mobil baru tuh..", sembari tertawa dan ditampilkan mobil yang digunakan memiliki merek mitsubishi. 

Mobil baru yang akhirnya dibeli oleh Mamet juga memiliki merek serupa. Promosinya kena banget ya!  Sementara itu, dalam AADC 2 (2016), terdapat satu adegan saat Rangga bertanya, 

"Udah pernah ke Punthuk Setumbu belum?"

Lalu mereka pergi kesana dan menikmati pemandangan saat pagi hari. Sebelumnya, saat sampai di Villa, mereka juga mengungkapkan bahwa Villa tempat tinggal mereka bagus dan nyaman. Hal ini menjadi titik Punthuk Setumbu serta Villa tempat Cinta dan teman-teman di Yogyakarta menjadi ramai. 

Dialog-dialog yang dikemas secara tersirat dan relate dengan kehidupan sehari-hari itu secara tidak sadar mempengaruhi penonton. Sehingga hal-hal yang ada di dalam film, turut berdampak pada hal lain di luar film. 

Beberapa hal hanya terlihat tersirat ya kalau penonton tidak memperhatikan dengan seksama. Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016) juga Milly & Mamet (2018) akan jadi teman asik di penghujung tahun ini.  Kalau sudah nonton, gimana pendapatmu? Kalau yang belum nonton, selamat kencan bareng Rangga-Cinta dan Milly-Mamet ya! 

Daftar Pustaka

Gerbner, G. (1967). Mass Media and Human Communication Theory, Human Communication Theory. Beverly Hills: Sage Publications. 

McQuail, Denis. (2010). McQuail's Mass Communication Theory (6th ed.). SAGE Publication.

Rakhmat, Jalaluddin. (2018). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 

Schramm, W. dan D. F. Roberts. (1977). The Process and Effects of Mass Communication. Urbana: University of Illinois Press. 

Stam, Robert. (2000). Film Theory: An Introduction. Amerika Serikat: John Wiley & Sons. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun