Mohon tunggu...
Damarra Kartika
Damarra Kartika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan Konsentrasi Studi Komunikasi Massa dan Digital Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Belajar Soal "The Wedding Film" Lewat Twivortiare (2019)

16 September 2020   22:52 Diperbarui: 21 September 2020   16:37 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terlintas ketika membaca atau mendengar wedding film? Serangkaian proses pernikahan yang difilmkan? Atau suasana pernikahan dengan gaun pengantin, buket bunga, makanan enak, dan dekor yang apik? Kalau film soal perceraian, apakah termasuk wedding film? 

Wedding Film 101

Genre Wedding Film tidak melulu menyuguhkan hal-hal terkait pernikahan dan upacaranya. Melainkan segala hal yang berkaitan dengan kata "pernikahan". Mulai dari cerita menuju ke altar, pergumulan pribadi setelah dan sebelum pernikahan tersebut, dinamika keluarga, hingga dampak masyarakat dan sosial terhadap pernikahan.

Pengemasan yang disajikan juga dapat berbeda. Melodrama? Bisa. Komedi romantis? Bisa. Bahkan hingga film-film yang tidak melulu memiliki kesan cerah atau Bahagia. Menurut William V. Costanzo dalam buku World Cinema Through Global Genres, wedding film mengarah pada seberapa esensial kah pernikahan dalam kaitannya dengan karakter dalam film, cerita, maupun tema film.

How to Identify?

Hal pertama yang penting untuk dilakukan adalah menempatkan film sama dengan teks. Beberapa yang penting untuk kita identifikasi seperti: tipe karakter, scene utama, ikon yang digunakan, struktur naratif atau dialog, gaya pembawaan film, dan sebagainya. Kecenderungan yang digunakan oleh wedding film bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan sebagai seorang individu, atau dibahasakan oleh Costanzo, "The journey's goal on what wedding represents: personal fulfilment".

Lebih Jauh Soal The Wedding Film Lewat Twivortiare (2019)


Diadaptasi dari sebuah novel karya Ika Natassa, Twivortiare digarap oleh sutradara Benni Setiawan. Twivortiare merupakan buku kedua atau lanjutan dari Divortiare yang juga ditulis oleh Ika Natassa. Apa sebenarnya arti "Twivortiare"?

Berangkat dari Divortiare yang berasal dari bahasa Latin bermakna divorce atau bercerai, Twivortiare merupakan kelanjutannya. Tokoh utama perempuan bernama Alex yang diperankan oleh Raihaanun memiliki kegemaran mengungkapkan keluh kesahnya (termasuk kehidupan pernikahannya) dalam media sosial Twitter, atau bahasa slank yang dikenal ngetweet. Dari sini, dirangkailah kata Twivortiare. Ika Natassa tidak terus terang menyampaikan artinya, namun ia mengatakan dirinya senang jika penonton bisa turut merasakan kehangatan dari Twivortiare meskipun beberapa tidak mengetahui artinya.

Film berdurasi 103 menit ini mengangkat cerita yang dekat dengan realita terkait dunia pernikahan. Kisah sederhana seorang Dokter bernama Beno yang diperankan oleh Reza Rahadian dan Bankir bernama Alex yang memiliki masalah dalam komunikasi. Hanya karena mereka belum menemukan cara yang tepat dan sepenuhnya berkomitmen menekan ego satu sama lain, mereka terpaksa bercerai. Padahal, keduanya masih sama-sama membutuhkan dan mencintai. Tirto ID menyimpulkan "Masalahnya Cuma Komunikasi". 

What's Interesting About This Basic-Marriage-Life-and-Divorce Story?

Gambar 2. Salah satu scene dalam Twivortiare via Google.
Gambar 2. Salah satu scene dalam Twivortiare via Google.
Permasalahan yang dikemas ringan dan sederhana ini jika ditelusuri lebih dalam merepresentasikan masalah pasangan metropolitan. Divisualkan mereka memiliki banyak sekali pilihan. Berantem? Salah satu bisa 'kabur' dan menginap di apartemen mewah milik mereka. Sebagai Bankir, Alex juga dihadapkan dengan status pekerjaan yang bisa terus membaik dan tidak perlu repot menghabiskan waktu memikirkan Beno.

Dalam salah satu scene ketika Alex bertandang ke rumah orang tuanya, mama Alex mengatakan, "Kalian itu nikah kayak main-main, cerai kayak main-main". Struktur naratif yang disisipkan dalam dialog sang ibu ini cukup kembali menampar budaya masyarakat metropolitan.

Gambar 3. Poster Lanskap Twivortiare (2019) via Google. 
Gambar 3. Poster Lanskap Twivortiare (2019) via Google. 

Tingginya angka perceraian di perkotaan sering disebabkan hanya oleh komunikasi dan ego yang tidak bisa diadaptasi. Banyaknya pilihan yang dimiliki masyarakat metropolitan, akhirnya membuat mereka mudah mengambil keputusan, termasuk dalam hal pernikahan dan perceraian.

Satu kutipan menarik lain dari buku World Cinema Through Global Genres soal The Wedding Film genre, 

"Whatever these wedding icons represent, there must be trials and obstacles along the way". 

Selaras dengan konsep genre wedding film yang telah dibahas di awal, film produksi MD Pictures ini menceritakan "trials and obstacles" part juga dalam sebuah pernikahan.

Sayang, Twivortiare hanya memiliki rating sebesar 5.8 dari IMDb. Mungkin, masyarakat metropolitan terlalu sibuk menikmati pilihan mereka? Atau mungkin takut Twivortiare sangat relatable? Atau.. masih underestimate dengan film Indonesia? Yuk nonton, buat kamu yang belum, akan, dan sudah menikah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun