Bahasan singkat di atas baru soal sulitnya membangun 1.212 Bumdus yang well corporate untuk menerima dana 100 juta per dusun per tahun. Kita belum masuk ke dalam perhitungan kasar soal APBD di mana program Sri Muslimatun dan Amin Purnama makin tidak realistis.
Proyesi APBD Sleman saat ini senilai 3,2 triliun. Dari PAD (Pendapatan Asli Daerah) ditarget masuk 1,1 triliun. Namun, kenyataannya, KARENA PANDEMI, hanya 40 persen PAD yang masuk. Dari DAU (Dana Alokasi Umum), masuk 2,1 triliun. Dana dari pusat dan DAK (Dana Alokasi Keistimewaan) memang sudah turun juga.
Namun, jika mempertimbangkan kesulitan karena PANDEMI, realisasi APBD Sleman cuma sekitar 50 persen lebih sedikit. Satu hal yang perlu dicatat oleh calon pemilih di Pilkada 2020 adalah Sleman mengalami devisit anggaran sebesar 5,6 persen karena pandemi. Kondisi yang juga dialami banyak daerah dan mau tidak mau harus ditanggung oleh pemimpin selanjutnya.
Selama 3 tahun ke depan, pemimpin daerah perlu bekerja sangat keras untuk menstabilkan kondisi ekonomi. Apalagi, sudah terjadi resesi di Indonesia. Kalau realisasi ABPD bisa sampai 65 persen saja Sleman baru bisa “bernafas lega”. Menjalankan roda pemerintahan dan memperhatikan kesejahteraan rakyat bisa dijalankan dengan rasa lega.
Nah, kalau kondisinya seperti itu, kalau dalam situasi normal saja sudah sangat sulit mewujudkan 100 juta per dusun per tahun, bagaimana melakukannya dalam masa pandemi dan resesi? Per tahun, Sri Muslimatun dan Amin Purnama HARUS MENYEDIAKAN 100 miliar lebih untuk angin surga ini dengan tanpa membenani APBD yang sedang dihantam pandemi dan resesi. Mampu melakukannya?
Saat ini, akan sangat lebih bijak jika warga tahu kenyataan yang terjadi. Kesadaran akan kondisi membuat semua warga Sleman bisa bersiap. Bahkan jika siap jauh hari, warga bisa saling membantu, gotong royong, tanpa perlu menebar janji manis. Rakyat Sleman harus diajak bertahan hidup, bukan dijanjikan angin surga.
Politisi jualan mimpi, ujung-ujungnya rakyat yang gigit jari....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H