Mohon tunggu...
Damar I Manakku
Damar I Manakku Mohon Tunggu... Guru - Damar I Manakku ( Rahmat R, S.S) adalah Salah satu Guru Bahasa Indonesia di Sulawesi Selatan

Penulis Sastra ( cerpen dan puisi), pelaku teater, pembaca puisi, melestarikan budaya Makassar adalah hak segala bangsa. Juga saat ini menjadi tenaga pendidik Guru Bahasa Indonesia, di satu sekolah Islam Terpadu di Sulawesi Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gelombang Protes dari Masa Silam

23 Desember 2019   07:44 Diperbarui: 23 Desember 2019   07:42 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makassar, Desember 2019--  Saya pernah mendengar sebuah kisah yang senantiasa dituturkan oleh nenek moyang, bahkan menjadi bagian dari isyarat sebuah kehidupan bahwa sesungguhnya yang lama akan datang, dan yang baru akan berganti.

Apakah kita pernah membayangkan bahwa gelombang protes tentu datang dari mana saja, salah satunya adalah masa silam. Kenapa masa silam? 

Sebuah pasang (Pesan/wasiat) Orang Makassar mengatakan:

Issengi keknang, maknassa antu nikanayya lambusuk tallui rupanna. Makasekrena; malambusuk ri Allahu Taala,  Makaruanna; malambusuka riparanna tau, iami nikanayya malambusuk riparanna tau tangkaerokia sarenna paranna tau. Makatallunna; malambusuka ri batangkalenna, iami nikana malambusuka ribatang kalenna, angkalitutui bawana ri kana balle-ballea.

Terjemahannya:

Sesungguhnya kejujuran itu ada tiga macam, Pertama; jujur kepada Allah SWT, yakni dengan tidak melalaikan (perintahnya dan menghindari larangannya), Kedua ; jujur kepada manusia, yakni tidak mengharapkan imbalan dari seseorang, Ketiga; jujur pada diri sendiri, yakni dengan senantiasa mengawasi mulut dari perkataan dusta.

1. Jujur Kepada Allah SWT

Apa bentuk kejujuran kita hari ini pada Allah SWT? Seorang Ulama kampung ditanya oleh seorang muridnya? 

"Wahai Abah, dimana letak kejujuran kita pada Allah?".Ulama kampung itu menjelaskan, bahwa sungguh kejujuran itu terletak pada sebuah hati yang bersih, tidak berada di mulut apalagi dalam pikiran. Kejujuran itu seperti tikus, ia akan tenang ketika kenyang dan bising ketika lapar.

2. Jujur Kepada Manusia

Kejujuran memang dilandasi kebiasaan. Segala bentuk kebohongan akan tertolak bila kita memiliki sikap integritas. Bangsa kita hari ini sedang tidak baik-baik saja, sebeb kenapa, prinsip kejujuran kini hanya menjadi simbol semata, tapi implementasinya nihil.

Korupsi dan pasar kebohongan sepertinya tidak akan pernah tuntas dibincangkan. Kebohongan adalah tempat terbaik bersembunyi, tapi bukan tempat yang baik untuk kita tinggali. Kira-kira demikian perumpamaannya.

3. Jujur Kepada Diri Sendiri

Sering kali kita mendengar istilah, "bergerak dan bekerjalah sesuai isi hatimu". Ini istilah yang memungkinkan kita bertindak untuk jujur pada diri sendiri. Kalau kita kaji secara mendalam, sikap jujur berangkat dari hati yang murni.

Kedalaman hati diukur dari tindak laku dan bisa saja bercermin dari sebuah sikap kejujuran. Kebohongan pada diri senantiasa menggerogoti diri, melanda diri, dan akan membuat kita semakin tidak percaya diri.

Momentum peringatan hari Ibu ini tentu harus jadi cerminan, apakah masa kemerdekaan jiwa telah kita rengut atau belum juga? saya rasa ini menjadi sebuah coretan bahwa pitutur dari ibu akan hidup beriring zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun