Tali-Temali?
Pembuktian sahih atas apa yang ditulis Naguib Mahfouz memicu pemberontakan di tahun 2011 jelas belum ada dan barangkali tidak ada. Tetapi saya yakin bahwa Naguib Mahfouz adalah novelis yang turut mengkonstruksikan adanya gagasan "pemberontakan" ke dalam alam pikiran masyarakat Mesir akan pemerintahan yang represif dan tidak mendengarkan suara rakyat.
Diktum "sastra berbicara pemberontakan intelektual" bukanlah slogan kosong. Banyak sastrawan di belahan negara lain telah membuktikannya. Ismael Kadare di Albania, Naguib Mahfouz di Mesir, Halldór Kiljan Laxness di Islandia dan sederet sastrawan lain dapat disebutkan. Bagaimana dengan Indonesia? Barangkali ini juga yang perlu ditemukan agar semangat "pemberontakan" itu selalu hidup dalam diri kita sehingga saat media yang lain tersumbat, sastra dapat maju ke depan mengambil peranan.
[dam]