Pembaca sekarang semakin selektif dan pintar. Bukan itu saja, kini pembaca bisa menunjukkan buku-buku apa yang mereka baca, sampul buku apa yang mereka suka, dan juga memberikan penghargaan bagi insan perbukuan yang menurut mereka layak mendapatkan. Pembaca kini telah bersuara dan berdaya!
ADA APA dengan pembaca kita? Inilah pertanyaan kunci saat ini. Selama bertahun-tahun industri perbukuan terlanjur menempatkan pembaca hanya sebatas konsumen. Pembaca dianggap sebagai kalangan yang akan menerima begitu saja buku-buku yang diterbitkan. Kalau diterima, laku bak kacang goreng. Kalau tidak diterima, teronggok di gudang. Namun industri perbukuan lebih sering lagi menganggap pembaca sebagai kalangan yang "tidak jelas" apa kemauan dan keinginannya. Rumusan ini mereka perkuat dengan bukti-bukti data penjualan buku yang biasanya direkap oleh toko buku. Satu kali, pembaca condong suka buku sastra. Kali lain, buku motivasi. Kalangan industri hanya punya rumus kunci setiap kali mendeskripsikan pembaca: mereka hanya butuh potongan harga. Maka strategi yang dikedepankan setiap saat pelaku industri berhadapan dengan pembaca hanya jor-joran memberikan diskon. Tapi benarkah demikian? Sebagai pembaca, kita tidak dapat menafikan fakta bahwa diskon itu penting. Terutama karena harga buku kian lama kian tinggi. Rata-rata satu buku dengan ketebalan 300 halaman dan kertas jenis book paper dihargai Rp 70.000, maka sudah barang tentu sedikit diskon akan meringankan kocek yang harus dibayar pembaca. Tetapi yang jauh lebih penting adalah ketersediaan buku-buku yang "penting" dan bermutu. Ukuran penting tidaknya suatu buku barangkali sesuatu yang subjektif sifatnya, karena selera baca dan kepentingan baca setiap pembaca berbeda-beda, tapi tolok ukurnya kini dapat dikenali dengan mudah. Apa yang tersimpan di lemari mereka sudah barang tentu adalah yang mereka anggap "penting" dan bermutu. Bersyukurlah kini ada situs-situs khusus yang dapat digunakan untuk melihat apa saja buku-buku yang disimpan di lemari dan pernah dibaca pembaca selama hidupnya: Librarything, Shelfari, Goodreads, dan lainnya. Selain itu, para pembaca Indonesia kini lebih berani menunjukkan koleksi pribadinya untuk dipamerkan dan lebih angkat suara tentang buku-buku apa yang menurut mereka "penting" dan bermutu dan mereka memberi kesempatan publik untuk melihatnya dalam Festival Pembaca Indonesia 2011. Hari Minggu, 4 Desember 2011 lalu, kegiatan Festival Pembaca Indonesia 2011 kembali digelar dengan tajuk "Jelajahi Dunia Membaca" di Plaza Area, Pasar Festival Kuningan Jakarta. Para pembaca yang bergabung di banyak forum dan komunitas pembaca seperti Serapium Forum Buku Kaskus, Goodreads Indonesia, Jakarta's Bookworms, dan lainnya tumpah ruah meramaikan acara yang berlangsung sehari itu. Di festival pembaca ini, publik bisa melihat seperti apa minat baca dan buku-buku jenis apa yang menjadi incaran para pembaca. Harap dicatat, di kegiatan ini publik bukan disodori kegiatan diskon seperti kebanyakan kegiatan buku nasional, melainkan yang paling utama adalah pameran buku-buku koleksi bacaan para pembaca. Di zona "Negeri Para Pembaca", publik bisa melihat dan berinteraksi dengan pembaca bernama Yuliyono, misalnya, yang menggemari buku-buku metropop dan menamakan standnya Metropop Lover. Atau publik bisa bertemu dengan mereka yang mencintai buku-buku bergenre fantasi yang mendirikan stand Kastil Fantasi. Bila selera mereka terlalu umum, publik bisa menemui pembaca bernama Aldo Zirzov. Di pameran sehari itu, ia secara khusus memamerkan koleksi buku-buku yang pernah punya sejarah dan status sebagai buku terlarang di stand Banned Books. Atau mampir ke stand Sarang Codot yang hanya memamerkan segala buku dan komik mengenai Batman. Itu hanya menyebut sejumlah contoh dari puluhan stand yang ada di "Negeri Para Pembaca." [caption id="attachment_147501" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana di stand Negeri Para Pembaca"][/caption]
[caption id="attachment_147569" align="aligncenter" width="300" caption="Aldo Zirzov di stand Banned Books"][/caption] [caption id="attachment_147506" align="aligncenter" width="300" caption="Perang Buku di Pulau 1000 Buku"][/caption] Di luar zona tadi, ada banyak zona lain dengan peruntukan khusus seperti Pulau Anak yang dikhususkan untuk anak-anak, Pulau 1000 buku untuk kegiatan tukar-menukar buku secara gratis, Tanjung Sinema untuk menikmati tontonan film yang diadaptasi dari buku, serta Alun-Alun untuk bertemu dan berkumpul dengan penulis pujaan pembaca. Festival Pembaca Indonesia ini sangat dinamis dan menunjukkan energi luar biasa dari para pembaca Indonesia untuk keluar dari batas-batas dan definisi yang terlanjur sudah dicap oleh kalangan industri perbukuan. Lewat Festival Pembaca Indonesia yang sudah dilakukan sejak tahun 2010 ini, pembaca menunjukkan jati dirinya sebagai pembaca yang selektif dan pintar. [caption id="attachment_147503" align="aligncenter" width="300" caption="Ahmad Yunus penulis Meraba Indonesia di Alun-Alun"][/caption]
[caption id="attachment_147507" align="aligncenter" width="300" caption="Koleksi buku milik pribadi yang dipamerkan"][/caption] Bahkan lebih dari itu, dari Festival Pembaca Indonesia ini juga, para pembaca bersuara untuk menunjukkan kepada publik siapa-siapa saja insan perbukuan yang menurut mereka layak dijadikan idola terfavorit. Pembaca menempatkan dirinya sendiri sebagai "juri" atas buku-buku yang terbit selama setahun belakangan dan kemudian mengganjar yang terfavorit lewat kegiatan Anugerah Pembaca Indonesia (API) lewat mekanisme voting. Hasil Anugerah Pembaca Indonesia 2011 merefleksikan apa yang menurut mereka "penting" dan bermutu itu. Siapa saja insan perbukuan yang mendapat anugerah dari pembaca Indonesia, dapat disimak di bawah ini: 1. Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit: Sakinah Bersamamu oleh Asma Nadia (Asma Nadia Publishing House) 2. Penulis dan Buku Non Fiksi Terfavorit: Habibie & Ainun oleh B.J. Habibie (THC Mandiri) 3. Penulis dan Buku Puisi Terfavorit: Perempuan Yang Dihapus Namanya oleh Avianti Armand (a Publication) 4. Penulis dan Buku Komik Terfavorit: Komik 5cm oleh Donny Dhirgantoro dan Is Yuniarto (Grasindo) Selain itu, para pembaca memberi penghargaan bagi perancang sampul yang selama ini tidak diberi tempat dalam penjurian buku, padahal bagi pembaca setiap sampul memiliki pengaruh besar pada minat membaca mereka. Anugerah tersebut diberikan kepada: 1. Sampul Buku Fiksi Terfavorit: Ranah 3 Warna oleh Slamet Mangindaan (Gramedia Pustaka Utama) 2. Sampul Buku Non Fiksi Terfavorit: The Journeys oleh Jeffri Fernando (Gagas Media) 3. Sampul Buku Puisi Terfavorit: Karamel oleh Ping Homeric (KosaKataKita) 4. Sampul Buku Komik Terfavorit: Komik 5cm oleh Is Yuniarto dan Azisa Noor (Grasindo) Sebagai pembaca, kita bisa ikut senang dengan adanya Festival Pembaca Indonesia yang digelar rutin setiap akhir tahun ini. Karena suara kita sebagai pembaca didengar dan dihargai oleh publik, meskipun lewat jalan yang harus diupayakan sendiri oleh para pembaca. Serta yang paling melegakan hati, Festival Pembaca Indonesia dan pelbagai kegiatan-kegiatan lain baik secara online maupun kegiatan nyata sudah menunjukkan pembaca Indonesia sudah berdaya, dan tidak ikut terlena dalam arus zaman yang melulu mengedepankan buku-buku yang laku dan populer. [dam]
- Mengenai kegiatan Festival Pembaca Indonesia dapat dilihat di http://www.festivalpembacaindonesia.com
- Foto merupakan dokumentasi dari Goodreads Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H