[caption id="attachment_164395" align="alignleft" width="300" caption="Juita (50) warga Desa Pagar Gunung II Dusun Baru Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu yang sudah 3 tahun menderita penyakit cukup parah sementara kondisi ekonom dibawah garis kemiskinan."][/caption] Sungguh memprihatinkan nasib wanita lansia bernama Juita (50) Warga Desa Pagar Gunung II Dusun Baru Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong. Betapa tidak, disisa usianya Juita hanya dapat pasrah terhadap nasib yang dijalaninya saat ini. Seraya berharap ada para darmawan yang sudi membantu biaya operasi guna menyembuhkan penyakit yang dialami Juita selama kurang lebih 3 tahun belakangan ini. Nasri (62) suami Juita yang berprofesi sebagai buruh tani dan sekaligus pencari kayubakar ini mengaku, awal penyakit istrinya yang sudah hampir dikatakan setengah tengkorak ini ketika awal tahun 2006 silam mengaku awalnya ada tanda hitam seperti daging tumbuh terletak dibagian dekat pelipis mata kanan. Lalu, berdasarkan saran warga cara menghilangkannya cukup dengan mengoleskan kapur sirih dan pakai sabun batangan jenis Sinar Laut. Namun entah kenapa kata Nasril, bekas oleasan obat tesebut belum menujukan reaksi apa pun. Bahkan bukannya hilang malah mulai terasa gatal-gatal dibagian yang dioleskan. Nah saat itulah mulai gatal-gatal dan digaruk terus sama istri saya hingga akhirnya mengakibatkan luka seperti kudis dan mengeluarkan nanah. Kondisi Juita itu pun terus memburuk dan makin parah akibat terus digarut terus. Nasri ayah 5 anak ini mengaku, berdasarkan saran keluarga dan pihak rumah sakit akhirnya Nasril memutuskan agar istrinya dirujuk ke RSUD Curup sekitar tahun 2007 dan dilakukan operasi. Setelah diurus semua persyarakat untuk dilakukan operasi dengan menggunakan kartu Jamkesmas akhirnya Juita pun dilakukan operasi. Usai operasi Juita disarankan untuk rawat inap selama masa penyembuhan pasca operasi yang dijalani. Kendati demikian, Nasri tetap memohon agar istrinya itu bisa dirawat jalan saja karena dia tidak sanggup dan memiliki uang untuk menebus biaya obat yang harganya mahal selama perawatn di rumah sakit. Belum lagi, biaya ongkosnya yang cukup jauh dari rumah sakit ke rumahnya dan pastinya butuh ongkos. Akhirnya permintaannya dikabulkan dokter tersebut dengan catatan kata dokternya dia tidak mau bertanggungjawab bila sesuatu terjadi pada istrinya." Ya saya paksakan untuk dibawa pulang saja," lirih Nasri. Selama dirawat dirumah lanjut Nasri, bekas operasi istrinya itu sudah tidak lagi mengeluarkan nanah dan kering. Tapi kondisi seperti itu hanya bertahan beberap hari karena hari berikutnya luka bekas balutan operasi itu kembali mengeluarkan nanah dan makin membesar seperti kudis. Melihat kondisi istrinya yang makin memburuk akhirnya dia berusaha mencari pengobatan tradisioal dan alternatif termasuk membeli obat-obatan ramuan dari China. Tapi, tetap luka yang dialami Juita tidak kungjung menunjukkan tanda kesembuhan malah makin parah. Untunglah suatu hari ada warga menyarankannya agar mengobati penyakit istrinya itu dengan jenis obat propolis sebab, kata warga dari Lebong tersebut penyakit yang pernah dialami kelurganya setelah diberi obat itu langsung sembuh. Aknirnya dia pun membeli obat cair sebagaimana yang disarankan dalam kemasan botol jenis Propolis seharga Rp 90 ribu isi 7 botol. "Tapi efeknya tidak begitu besar terhadap penyembuhan malah hanya menghilangkan rasa sakitnya saja," kata Nasri. Saat ditanya sudah ada warga, pejabat desa, Camat atau dinas Pemda RL yang datangmenjenguk atau memberikan bantuan kepada Juita?. Nasri mengaku, kalau untuk kenjungan dari warga sekitar sudah banyak yang datang termasuk Kades Pagar Gunung II Dusun Baru pernah datang menjenguk istrinya 1 kali dan memberikan uang Rp 10 ribu dan makanan." Seingat saya cuma 1 kali pak kades datang itu pun dia (Kades) tidak masuk ke dalam rumah saya dan hanya melihat dari luar pintu," jelas Nasri. Anak Juita Rela Berhenti Sekolah Sementara itu, Maryati (17) anak bungsu dari lima saudara pasangan Juita dan Nasri, mengaku sangat prihatin dengan kondisi penyakit yang dialami ibunya itu. Dia berharap ada orang yang berkenan memberikan bantuan dana untuk biaya operasiny adi Jakarta. Dia terpaksa berhenti sekolah di bangku kelas 2 SMPN 2 Bermani Ulu untuk merawat ibunya yang saat ini sudah sangat lemas akibat penyakit yang didereitanya belum dapat disembuhkan selain dengan jalan operasi. "Kata dokter yang pernah kami minta untuk mengobati ibu saya dia (dokter) itu mengatakan tidak bisa diobati tapi harus dioperasi agar dapat sembuh tapi operasinya di Jakarta. Terus terang saja bila harus dioperasi tentu butuh biaya banyak sedangkan bapak saya tidak mampu. Jangankan untuk beli obat untuk makan sehari-hari saja sudah susah sementara uang kiriman kakak saya sudah banyak habis Rp 13 juta selama membeli obat ibu saya. Keempat kakak saya saat ini tidak tinggal disini (Curup) melainkan tinggal diluar semua dan bekerja, jadi tinggal saya sendiri yang membantu ibu dan menemaninya," imbuh Maryati. Ada pihak dinas Kehatan dan Camat yang datang menjenguk Juita?. Maryati mengatakan, yang datang pernah dari Dinas Sosial kapan pastinya dia tidak ingat tanggalnya namun belum lama ini, Kedatangan mereka (Dinsos) menjenguk dan memberikan uang biaya berobat sebesar Rp 100 ribu." Nah kalah pak Camat belum pernah selama 3 tahun ibu saya mengalami penyakit seperti ini," imbuh Maryati sambil meneteskan air mata sembari menambahkan bahwa Bupati pernah juga memberikan bantuan sebelum penyakit ibunya parah seperit saat ini. "Ya pernah saat itu ibu saya belum dioperasi makanya kami dibantu pak Bupati uang Rp 150 ribu. Untuk itu saya meminta kepada pak Bupati dan orang yang mampu agar bisa memberikan bantuan biaya operasi ibu saya ke Jakarta," mohon Maryati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H