Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Peradaban Islam Lewat Masjid al-Ghamamah dan Sahabat Abu Bakar

25 Desember 2023   08:51 Diperbarui: 25 Desember 2023   08:55 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jemaah umrah Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Sumbar foto bersama di Masjid al-Ghamamah Madinah. (foto dok pribadi)

Sekitar tahun 9 hijrah, Madinah mengalami kemarau yang panjang. Kekeringan pun tak bisa dielakkan. Madinah yang dulunya bernama Yatsrib, tiba-tiba panas membara.

Masyarakat dan umat mulai resah. Nabi pun menyerukan untuk melakukan shalat minta hujan. Masyarakat berbondong-bondong datang ke tempat yang dianjurkan nabi itu. 

Membawa semua keperluan yang dianjurkan, membawa seisi rumah, untuk bersama-sama melakukan Shalat Istisqa' yang diimani nabi.

Usai shalat, hajat dan keinginan yang tulus dan ikhlas dijawab oleh Allah SWT. Awan pun mulai memenuhi langit Madinah.

Tak lama, pergerakan awan pun tak bisa dikendalikan. Hujan pun turun. Membasahi bumi Madinah yang terkenal subur, masyarakatnya santun dan ramah.

Di kemudian hari dibangunkan di kawasan al-Mushalla itu sebuah masjid. Masjid besar yang diberi nama Masjid al-Ghamamah.

Setidaknya dua peristiwa penting yang dilakukan Nabi Muhammad Saw bersama seluruh penduduk Madinah, yakni shalat hari raya dan shalat minta hujan, menjadi catatan penting untuk tegak dan berdirinya Masjid Awan ini.

Makna terdalam dari simbol ritual shalat sunat yang dua itu, adalah nilai-nilai kebersamaan. Persatuan dan kesatuan menjadi penting, dikembangkan oleh nabi di Madinah.

Pun inti dari Piagam Madinah, adalah nilai kebersamaan semua kaum dan golongan yang ada di kota itu. Saling menghormati, saling berbagi, tidak boleh ada yang menyakiti dan tersakiti.

Pesan yang hendak diambil Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro bersama jemaahnya, tentu menjadi penting soal kebersamaan ini.

Dengan siapapun diantara jemaah se kamar, terima dan manfaatkan. Yang belum saling kenal, di tempat bersejarah inilah momennya untuk saling kenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun