10 tahun dakwah Nabi Muhammad Saw di Madinah, dicatat oleh sejarah sebagai gerakan dakwah yang begitu gencar dan efektif.
Nilai-nilai tauhid dan pesan akhlak yang dibawa Islam, tidak menjadikan masyarakat Madinah berbenturan. Kehadiran nabi di sana menjadi fasilitator, tauladan kepemimpinan.
Jemaah Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Sumbar yang berangkat langsung ke Madinah dari BIM Padang Pariaman, lewat PT Malika Wisata Utama, 20 Desember 2023 lalu, memanfaatkan waktunya di kota sejuk yang dijuluki dengan Madinah al-Munawwarah ini dengan banyak ziarah, ibadah, zikir, shalawat dan ibadah lainnya.
Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro, pimpinan rombongan 36 jemaah ini mengirimkan foto kegiatannya bersama jemaah.
Kali ini jemaah diabadikan di Masjid al-Ghamamah. Masjid ini tak jauh dari Masjid Nabawi, sekira 300 meter dari gerbang pintu As-Salam Masjid Nabawi.
Disebut juga Masjid Awan, karena Ghamamah artinya awan. Kawasan masjid ini dulunya bernama al-Mushalla. Sebuah tempat yang lapang dan luas, dijadikan sebagai tempat Shalat Idul Fitri dan Idul Adha oleh nabi.
Sebab, shalat sunnat tahunan itu lebih dianjurkan di tempat yang lapang. Atau di masjid besar dan luas, yang bisa menampung seluruh masyarakat kota itu.
Dikutip dari Republika Online, gravitasi pesona Kota Madinah tentunya adalah Masjid Nabawi. Bagaimanapun, ada sejumlah masjid lainnya yang juga bernilai historis. Salah satunya adalah Masjid al-Ghamamah. Lokasinya berdekatan dengan masjid terbesar di seluruh Kota Nabi ini.
Kompleks yang dahulunya bernama al-Mushalla. Denahnya berbentuk persegi panjang, yang terbelah menjadi dua bagian. Sisi luar bangunan itu didominasi warna kelabu, sedangkan kubahnya berwarna putih. Sebagian sisi luar bangunan dilapisi batu basal hitam.
Di sisi yang lain, disebut Masjid al-Ghamamah, adalah keberhasilan nabi bersama seluruh penduduk Madinah melakukan Shalat Istisqa' di lokasi itu dulunya.