Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tak Memandang Ruang dan Waktu, Inspirasi Armaidi Bisa Jadi Buku

7 Desember 2023   09:19 Diperbarui: 7 Desember 2023   09:23 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mukhlis Rahman menerima sertifikat dari Rektor IAI Sumbar usai bedah buku. (foto dok damanhuri)

Mukhlis Rahman menilai Armaidi Tanjung sebagai wartawan yang gigih menulis buku.

"Saya kenal dan mengenal Armaidi ini sudah lama. Masih jadi Kabag Humas saya di Setdakab Padang Pariaman," kata mantan Walikota Pariaman dua periode ini, Rabu 6 Desember 2023 di kampus IAI Sumbar, Pariaman.

Mukhlis Rahman bicara demikian, dalam kapasitas dia sebagai pembicara pada bedah buku karya Armaidi Tanjung, dengan judul "Katakan dengan Buku, Putri!".

Dalam buku itu memang banyak cerita dan kisah yang ditulis Armaidi, terkait dengan Mukhlis Rahman. Cerita soal Pariaman, yang Mukhlis pernah jadi Sekdako, dua kali jadi walikota, dan cerita khusus soal buku biografi Mukhlis Rahman itu sendiri.

Jadi, Mukhlis Rahman adalah orang yang tepat jadi pembicara dalam bedah buku yang dimoderatori Ketua Kadin Padang Pariaman Zeki Aliwardana ini.

Mukhlis Rahman bicara panjang lebar, terkait sosok Armaidi. Sebagai yang pernah menjabat di Humas, jelas Mukhlis Rahman tahu banyak dengan kurenah wartawan.

Hubungan baik dengan wartawan, pasang surut, serta pertengkaran antara dia dengan wartawan yang berujung ke persoalan hukum, tentu jadi proses tersendiri bagi Mukhlis Rahman untuk menapaki karir cemerlang berikutnya.

Berangkat dari inspirasi Satrio Arismunandar dalam pengantar buku Armaidi itu, bahwa faktor penulis itu mulai dari keturunan, lingkungan dan keinginan yang kuat, Mukhlis Rahman tak tahu persis, faktor apa yang menjadikan Armaidi bisa jadi penulis hebat.

Tetapi, secara prinsip Mukhlis Rahman senang dan terinspirasi oleh Armaidi. Terinspirasi dari ketekunan, kelihaian, dan rendah hati seorang Armaidi.

Meskipun buku ini kado terindah untuk sang Putri, anak sulung Armaidi, tetapi cakupan dan maknanya luas. Untuk kita semua, untuk anak-anak yang kini sedang jadi mahasiswa.

Mukhlis Rahman menyampaikan apresiasi pada Rektor IAI yang sudah menggelar kegiatan penting dan hebat ini.

"Saya merasakan, buku saya yang ditulis Armaidi beberapa tahun lalu laris manis, dan sekarang saya minta dicetak ulang, karena tak punya arsipnya," ulas Mukhlis Rahman.

Armaidi Tanjung merupakan wartawan yang penulis. Dia hobi dan senang membaca. Hebatnya, sedang nganggur, Armaidi bisa menuntaskan sebuah buku.

Baginya, lama menulis buku itu bermacam-macam. Ada yang berbilang tahun, baru bisa selesai sebuah buku. Tapi di sisi yang lain, 15 hari bisa tuntas dan selesai sebuah buku.

Ya, mulai dari menulis naskah, berkali-kali dibaca ulang, lalu menyiapkan cover, mengurus ISBN (International Standard Book Number), itu kadang tak sampai 10 hari, bukunya sudah beredar.

Terbukti, dari puluhan buku yang dihasilkan Armaidi, semuanya pakai ISBN. Dan setiap buku itu dikirimnya ke Perpustakaan Nasional, sebagai karya yang terdaftar secara internasional lewat ISBN.

Menurut Armaidi, inspirasi yang hadir dalam pergulatan pemikiran manusia beragam. Dan itu layak dan patut ditulis.

Dalam sesi tanya jawab, berkembang pemikiran soal inspirasi ini. Oleh Armaidi, mahasiswa yang punya bakat menulis, silakan tulis cepat apa yang menginspirasi.

Bila ditunggu, apalagi berbilang hari, ulas Armaidi, inspirasi yang tadinya rancak dan indah, hilang dengan sendirinya. Tak jadi sebuah tulisan yang mampu pula menginspirasi orang lain.

Makanya, dalam menulis, baik artikel, puisi, buku dan karya lainnya, Armaidi sepertinya tak memilih ruang dan tempat. Kapan dan dimana saja, bisa bisa dan sering menginpirasi, mengedukasi lewat tulisan.

Baginya, sambil menunggu antrian berobat di rumah sakit misalnya, bisa hadir dan selesai sebuah tulisan.

Apalagi dalam bepergian jauh, naik mobil atau pakai pesawat, tak terbilang banyaknya tulisan Armaidi terwujudnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun