Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Armaidi Tanjung, Penulis Buku Jelimet Mencatat Rapi Menyimpan

16 November 2023   09:31 Diperbarui: 16 November 2023   09:50 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Armaidi Tanjung sedang memberikan materi jurnalistik kepada perangkat nagari di Padang Pariaman. (foto dok pribadi)

Bayangkan, buku pertama kali dia tulis tahun 1990 an, masih tersimpan rapi dan utuh. Termasuk proses dan dinamika yang terjadi pada dirinya saat hadirnya buku itu, tercatat dengan sangat rapi sekali.

Dalam buku yang baru saja diterbitkannya itu, semuanya disajikan dengan sangat apik. Detail tentang sejarah dan perjalanan dia dalam menerbitkan buku.

Lengkap yang di punyai Armaidi. Ya sebagai pembaca, pencatat dan penulis buku. Wartawan memang pencatat, tapi tidak semua wartawan sebagai penulis dan pembaca.

Armaidi, sedikit dari wartawan yang suka mencatat, hobi menulis, gemar membaca. Dia resah dan gelisah, ketika tidak ada buku yang dibacanya.

Makanya, ketika momen keluar daerah atau ke Jakarta, mencari buku termasuk bagian terpenting dalam perjalanannya itu.

Sebagai wartawan yang penulis, jelas Armaidi kaya dengan ide dan gagasan. Dengan gampang dia dipakai oleh hampir seluruh kekuatan sosial kemasyarakatan.

Baginya, beraktivitas di banyak organisasi tak menghalangi semangat untuk menulis. Mungkin pagi sehabis mengajar di kampus, dia memberikan materi pelatihan jurnalistik, siangnya dia harus pula rapat di DPD SatuPena Sumbar, dan malamnya mengurus Nahdlatul Ulama.

Ayah dua putra dan putri ini terus mencatat dan terus mendapatkan peluang untuk menghadirkan sebuah buku.

Dengan menulis untuk dijadikan buku, sesuatu yang kecil bisa jadi besar dan sesuatu yang tak berguna, setelah jadi buku akan sangat bermanfaat.

Wartawan banyak. Sangat banyak. Tapi yang wartawan penulis, apalagi menulis buku seperti Armaidi masih sedikit.

Yang sedikit itu, tersebutlah Yurnaldi, Khairul Jasmi, Basril Basyar, Eko Yance Edrie, dan wartawan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun