Jelimet mencatat, rapi menyimpan, inspirasi selalu jadi buku. Mungkin ini yang bisa kita gambarkan dari seorang Armaidi Tanjung.
Wartawan utama kelahiran Sungai Pasak Pariaman 1969 ini jelimet sekali dalam mencatat peristiwa yang dia alami dan lakukan.
Katakan dengan Buku, Putri yang baru saja diterbitkannya sebagai kado ulang tahun buat anaknya, membuat saya terkesima. Ada sejumlah tentang saya dan tulisan saya yang ikut di dalam buku setebal 320 halaman tersebut.
Biografi singkat saya yang pernah masuk dalam buku yang kami tulis bertiga, berjudul "Perjuangan Rakyat Padang Pariaman dalam Mempertahankan Kemerdekaan 1945-1950" tahun 2008 masih utuh disimpan dalam file Armaidi Tanjung.
Sulit memisahkan Armaidi dengan buku. Ketika orang menyebut namanya, akan teringat buku. Puluhan buku dari berbagai judul yang sudah ditulisnya sendiri.
Sama sulitnya memisahkan Gus Dur dari PKB. Saya sendiri yang menulis biodata singkat itu, tak punya lagi filenya. Armaidi telah menularkan intelektual dan ilmu yang bermanfaat.
Kata Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadist, ketika manusia meninggal terputus segala amalnya. Terkecuali tiga hal yang tidak putus, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang selalu mendoakan orangtuanya.
Armaidi telah membuat sesuatu yang tahan lama. Banyak sudah buku yang ditulisnya, menjadi referensi oleh banyak orang.
Kenapa? Armaidi jelimet menulis. Semua buku yang ditulisnya, tak pernah lupa ia memasukkan data diri sedetail mungkin, sampai ke nomor kontak, agar orang gampang mencarinya.
Dari buku, Armaidi tengah memberikan pelajaran penting bagi kita semua. Memberikan ilmu yang bermanfaat. Ya, penting mencatat ketika kita berbuat, melihat dan mengamati sesuatu.