Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Dinamika di Balik Sarung Santri

24 Oktober 2023   13:44 Diperbarui: 24 Oktober 2023   13:51 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri Madrasatul 'Ulum Padang Pariaman foto bersama usai peringatan hari santri. (foto dok damanhuri)

Santri dan dinamika kain sarung. Tentu ini perbedaan santri yang mondok di pesantren salafiyah dengan pesantren modern.

Santri di pesantren salafiyah lebih sering pakai sarung, sedangkan di pondok modern, sangat sulit mencari santrinya pakai sarung.

Wajar, sarung bisa berdinamika. Sarung, bikin banyak orang berdebat. Sedangkan santri dan tuankunya, dari sarung bisa melahirkan ribuan kisah dan cerita inspiratif.

Sebenarnya, santri salafiyah ini tidak diikat oleh aturan dengan terus menerus pakai sarung. Tetapi, ini khas dan pakaian ulama pemilik pondok yang terus menerus pakai sarung, sehingga santri pun meniru, lalu senang dan nyaman. Dah, langsung sulit untuk meninggalkan sarung.

Sebenarnya, beribadah lebih kokoh dan mantap pakai sarung, ketimbang tidak pakai sarung. Kenapa? Coba saja buktikan dan rasakan sendiri, lalu bandingkan.

Tentu sarung pakaian santri ini sering diganti. Mau shalat pakai sarung ini. Lalu, selesai shalat diganti dengan sarung lain. Pun ketika akan tidur juga ada sarung khususnya.

Sehingga, ibadah terpelihara dengan baik. Namun, tak menutup kemungkinan sebagian santri itu sarungnya itu ke itu.

Baik dalam shalat, beraktivitas, tidur dan keseharian, jarang atau sama sekali tidak mengganti sarungnya. Ada. Ya, Karena faktor punya sarung tak lebih dari satu.

Sampai sekarang masih ada? Mungkin saja masih ada. Sebab, sebagian besar santri yang mondok di pesantren salafiyah itu berasal dari keluarga kurang mampu.

Jangankan untuk beli banyak sarung, buat makan keseharian keluarga saja susah. Tetapi, semangat untuk menjadikan anaknya santri yang hebat, sangat tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun