Santri dan dinamika kain sarung. Tentu ini perbedaan santri yang mondok di pesantren salafiyah dengan pesantren modern.
Santri di pesantren salafiyah lebih sering pakai sarung, sedangkan di pondok modern, sangat sulit mencari santrinya pakai sarung.
Wajar, sarung bisa berdinamika. Sarung, bikin banyak orang berdebat. Sedangkan santri dan tuankunya, dari sarung bisa melahirkan ribuan kisah dan cerita inspiratif.
Sebenarnya, santri salafiyah ini tidak diikat oleh aturan dengan terus menerus pakai sarung. Tetapi, ini khas dan pakaian ulama pemilik pondok yang terus menerus pakai sarung, sehingga santri pun meniru, lalu senang dan nyaman. Dah, langsung sulit untuk meninggalkan sarung.
Sebenarnya, beribadah lebih kokoh dan mantap pakai sarung, ketimbang tidak pakai sarung. Kenapa? Coba saja buktikan dan rasakan sendiri, lalu bandingkan.
Tentu sarung pakaian santri ini sering diganti. Mau shalat pakai sarung ini. Lalu, selesai shalat diganti dengan sarung lain. Pun ketika akan tidur juga ada sarung khususnya.
Sehingga, ibadah terpelihara dengan baik. Namun, tak menutup kemungkinan sebagian santri itu sarungnya itu ke itu.
Baik dalam shalat, beraktivitas, tidur dan keseharian, jarang atau sama sekali tidak mengganti sarungnya. Ada. Ya, Karena faktor punya sarung tak lebih dari satu.
Sampai sekarang masih ada? Mungkin saja masih ada. Sebab, sebagian besar santri yang mondok di pesantren salafiyah itu berasal dari keluarga kurang mampu.
Jangankan untuk beli banyak sarung, buat makan keseharian keluarga saja susah. Tetapi, semangat untuk menjadikan anaknya santri yang hebat, sangat tinggi.