Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Adat "Tak Lapuk Kena Hujan, Tidak Lekang Oleh Panas"

20 September 2023   21:57 Diperbarui: 20 September 2023   23:44 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Afrianto Datuak Maninjun usai diskusi di podcast Padang Pariaman bicara foto bersama. (foto dok damanhuri)

Globalisasi yang merambah kehidupan saat ini, tak pelak lagi ikut membuat nilai-nilai adat dan budaya tergerus.

Apa pasal. Adat itu kuat dan menjadi kekuatan tersendiri di tengah masyarakat. Kok bisa kena hantam oleh arus globalisasi yang ditandai dengan digitalisasi?

Kekuatan adat, dan malah jadi sebutan di tengah masyarakat, bahwa adat itu tak lapuk oleh hujan tidak lekang kena panas.

Rabu, 20 September 2023, Afrianto Datuak Maninjun, seorang tokoh pemuda sekaligus niniak mamak di kaumnya, Mak Itam, salah seorang cadiak pandai masyarakat Sicincin, dan Utiah Rajab, tokoh tua belum muda terlampau membersamai Podcast Padang Pariaman di MCS Pauh Kambar.

Perubahan pola pikir yang berkembang di tengah masyarakat, juga menjadi bagian dari pergeseran nilai-nilai adat dan budaya tersebut.

Dan lagi, adat dan budaya, katakan adat salingka nagari, masih sebuah kekuatan yang mengambang.

Mak Itam yang saban hari berkecimpung di tengah masyarakat, merasakan betapa pergeseran itu sudah menganga besar.

"Yang menjadi titik lemahnya, adalah pokok bahasan "adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah". Artinya, sandi ini yang mesti diperbaiki, agar adat yang bersumber dari agama kembali kuat," kata dia.

Afrianto Datuak Maninjun yang juga caleg DPRD Padang Pariaman dari Golkar ini menilai, bahwa kesebandingan antara hukum adat dengan undang-undang dan hukum agama, searah dan setujuan.

"Hanya, aplikasinya yang kadang-kadang membuat salah satunya tergerus, bila dalam menyikapi suatu masalah secara mendalam," katanya.

Kekuatan hukum adat, katanya, diakui oleh negara. "Barangkali kekuatan ini yang perlu kembali diperkuat, lewat regulasi dan aturan, sehingga adat dan budaya kita kokoh sampai pada pelaksanaannya," ulas dia.

Untuk ini, kajian adat yang dulunya sering dan menjadi kegemaran anak muda di surau, barangkali perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

Utiah Rajab mencoba mendobrak itu dari dirinya sendiri. Perubahan yang drastis saat ini, memang patut dikaji ulang.

"Semua perubahan, saling bersangkut, yang dasarnya adalah akhlak, moral dan etika," ulas Utiah Rajab.

Dia melihat, anggota dewan yang dihasilkan dari Pemilu Februari tahun depan, harus dari orang yang mengerti adat, tahu dengan syarak, mengerti dengan undang-undang, sehingga mampu menyuarakan seluruh aspirasi masyarakat yang diwakilinya.

Sumbar dan Padang Pariaman adalah daerah adat. Adat bersumber dari agam, sementara agama sumbernya dari kitabullah.

Terjadinya kerusakan saat ini di banyak generasi, dan rusaknya perekonomian masyarakat pun, karena rusaknya akhlak dan moral itu sendiri.

Ada pun pembinaan adat dan budaya oleh pemerintah untuk suatu nagari, tetapi tidak maksimal. Asal jadi dan asal kegiatan jalan.

Sebagai daerah adat dan berbudaya, seperti Padang Pariaman butuh kekuatan ini kembali. Kekuatan adat dan budaya yang mulai bergeser, yang dinilai lemah saat ini, harus dikuatkan kembali.

Karena adat dan budaya itulah hadirnya perekonomian yang berpihak kepada masyarakat. Hadirnya generasi yang punya etika dan moral.

Masing-masing komponen di tengah masyarakat, kembali tegak dengan wibawanya. Sekarang, terkesan hampir sama datar saja sawah dengan pematangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun