Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Golkar Selalu Ada dalam Kekuatan Pemerintah

3 Agustus 2023   08:24 Diperbarui: 3 Agustus 2023   08:30 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juga bagian dari menaikan nama Partai Golkar di tengah masyarakat. Golkar adalah partai senior dan sudah kenyang dengan berbagai benturan politik secara internal dan eksternal.

Tak bisa kita pungkiri, hadirnya Gerindra sebagai partai besar hari ini dan masuknya NasDem di parlemen, boleh kita sebut "cabangnya Golkar".

Makanya, setiap momen Pilpres, Golkar selalu dihadapkan dengan persimpangan. Bisa masuk kian kemari, sehingga siapa pun Presiden terpilih, Golkar ada di dalamnya.

Golkar tak pernah ada di luar pemerintah. Beringin selalu menguning di dalam kekuatan pemerintah yang sedang berjalan.

Pro kontra soal Munaslub yang mencuat nama dua orang menteri Jokowi untuk siap menggantikan Airlangga Hartarto, sudah ditegaskan oleh Presiden, bahwa semua itu urusan Golkar, bukan urusan kita.

"Kita tidak ikut soal itu," tegas Jokowi. Jatuh bangun Golkar, sepertinya jadi kekuatan tersendiri.

Awal reformasi, betapa hantaman dan cercaan pada Golkar, tetapi partai ini keluar sebagai pemenang. Ya, pemilu 1999, Golkar urutan kedua setelah PDI Perjuangan, dan pemilu 2004, Golkar nomor satu di nasional.

Golkar dengan paradigma barunya kala itu, membuat nama Akbar Tandjung yang Ketua Umum DPP Golkar kala itu menjadi santer saat ini.

Saat kisruh di internal dan eksternal, agaknya Akbar Tandjung yang mampu berselancar di situ. Di kepemimpinan Akbar Tandjung partai ini mencapai puncak kejayaan.

Setelah Golkar dipegang Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Setya Novanto dan kini Airlangga Hartarto, suara Golkar terus menurun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun