Ziarah kubur jelang puasa, sepertinya sudah menjadi tradisi di Padang Pariaman sejak dulunya.
Bermacam-macam. Tidak ada yang serentak harinya. Sesuai kesepakatan yang sudah dibuat oleh masyarakat kampung itu.
Dan pandam pekuburan itu juga beragam pula. Ada dalam satu nagari itu banyak pandam pekuburan. Milik kaum dan ada milik nagari.
Tapi yang jelas setiap kaum punya pandam pekuburan, dan jelang puasa ini para anggota kaum mendatangi pandam itu secara bersama-sama, laki-laki dan perempuan.
Ziarah, diawali dengan membersihkan lingkungan makam. Laki-laki membawa alat, seperti pedang dan cangkul, lalu yang perempuan membawa rantang.
Lalu, orang siak yang tersebut dalam kampung itu mengaji dan mendoa, dan sehabis mengaji dan mendoa, diadakan makan bersama. Kaji dan doa tentunya dihadiahkan buat seluruh yang bermakam di komplek pandam pekuburan itu.
Ziarah kubur ini juga disebut sebagai "mengaji pusaro". Biasanya, di Padang Pariaman itu diadakan dua kali dalam setahun. Pertama jelang puasa, dan kedua sesudah lebaran.
Sejak Sabtu (19/3/2023) sudah ada masyarakat yang menggelar ziarah kubur itu. Puasa sendiri mulai Rabu oleh sebagian, ada pula yang Kamis mulainya, dan juga Jumat baru mulai puasa pertama.
Sebab, dari atas itu ada rujukan Muhammadiyah yang mulai Kamis satu Ramadhan tahun ini. Sementara, masyarakat Syathariyah mungkin Kamis itu masih melihat bulan. Artinya, belum puasa Kamis itu.
Ziarah kubur jelang dan sesudah puasa ini, kata pemuka masyarakat sudah menjadi kelaziman. Ini wirid dan kebiasaan sejak dulu, yang kita lanjutkan hingga saat ini.