Irigasi Banda Kalu Sawah Lolo, Kabun Cimpago, Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman sudah lama tak berfungsi.
Sejak irigasi itu tak berfungsi, sawah yang awalnya jadi, kini banyak yang jadi lahan terlantar.
"Ada sekitar 100 hektar sawah kini berstatus tadah hujan. Artinya, musim hujan tiba, jadi sawah. Kalau tak hujan, terlantar saja," kata Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Nagari Lurah Ampalu Syafril.
Sebagian kecil, katanya, masyarakat mengalih fungsikan sawah jadi ladang. Contoh, ladang jagung yang tampak itu, adalah sawah yang tidak digarap, lantaran tak ada air yang pasti.
Irigasi dibangun sudah lama. Dan kini, akibat tidak diperbaiki sumbernya yang rusak, sehingga semuanya dari ujung atas sampai bawah, sudah merimba.
Tak berbentuk irigasi lagi, saking rimbanya. Begitu juga kondisi kampung persawahan itu seketika jadi lengang.
Sawah yang dulunya berjejer rapi, kini sudah tak berbentuk. Entah sawah atau rimba, sudah sama saja menurut pandangan mata.
Menurut Syafril, perbaikan irigasi ini amat butuh perhatian pemerintah. Apalagi, sawah yang dialirinya tidak saja di Kabun Cimpago ini.
Hulunya di Nagari Lareh Nan Panjang. Jadi sudah sepatutnya ini diperbaiki, Demi untuk pembangunan perekonomian masyarakat kampung.
Irigasi ini satu-satunya tumpuan air untuk sawah yang seluas ini. Tak hidup irigasi, areal persawahan pun merimba.
Layaknya bagaikan rimba untuk berburu babi oleh pecandu buru. "Harus ada tindakan dan intervensi pemerintah, baru bisa irigasi itu berfungsi kembali," katanya.
Lurah Ampalu adalah nagari yang terbilang luas. Saking luasnya, sehingga susah dijangkau oleh pemerintahan nagarinya.
Tentu pembangunan yang akan dilakukan pemerintah kabupaten itu, adanya usulan dari nagari. Nagari diminta memperjuangkan ini, agar sawah yang luas ini kembali digarap oleh pemiliknya. (ad)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H