Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Abad NU dan Kemandirian Pesantren

6 Februari 2023   13:46 Diperbarui: 7 Februari 2023   00:39 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf memberikan keterangan pers, terkait peringatan satu abad NU. (foto dok pribadi gus yahya)

Lewat perhitungan secara tahun Hijriyah, Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir 16 Rajab 1344 Hijriyah, hingga saat ini 1444 Hijriyah sudah satu abad. 

Seabad, ya seratus tahun sudah umur organisasi Islam terbesar di Indonesia itu. Puncaknya, Selasa (7/2/2023) atau 16 Rajab 1444 Hijriyah pas momen satu abad tersebut. 

Momen memasuki abad kedua, NU mengusung tema besar, merawat jagad membangun peradaban. 

Sebuah tema yang lahir dari perjalanan panjang yang penuh dengan gelombang pasang. Himpitan krisis yang melanda negeri ini, tentu ikut mempengaruhi NU secara umum. 

Menarik untuk kita cermati, langkah dan visi misi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf. 

Ketum hasil produk muktamar Lampung ini membawa perjalanan NU lebih besar lagi. NU sudah mendunia. 

Politik kebangsaan NU, tidak lagi berkutat di partai politik yang ada. Tapi hampir semua kekuatan partai politik, sangat membutuhkan NU. 

Tentu ini perjalanan panjang seorang Gus Yahya, begitu Yahya Cholil Staquf disapa warga Nahdliyyin. 

Islam hadir di nusantara ini tak bisa lepas dari peradaban itu sendiri. Dan peradaban itu yang akan dibangun NU melalui politik kebangsaan. 

Memberikan perlindungan pada kaum minoritas, tapi jangan sampai kebablasan. Tentu ini sebuah ungkapan bersayap, yang perlu jadi kajian NU di masa depan. 

Membangun peradaban lewat berbagai sektor. Tidak sekedar tradisi dan kelaziman di masyarakat yang dirawat, tetapi menciptakan tradisi baik yang bisa menjadi trah baru dalam organisasi ini. 

Semua boleh hadir. Begitu himbauan untuk melihat dari dekat kegiatan 24 jam, Selasa besok itu. 

Kran dibuka sejadinya kepada dunia. Testimoni pun berlangsung dengan dinamika tersendiri. 

PKB sebagai yang didirikan oleh PBNU tahun 1998, termasuk partai yang getol berjuang untuk NU. 

Ribuan pesantren di republik ini sudah punya lembaga tersendiri, yakni Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas. 

Momen seabad NU, PKB katanya berjuang untuk mewujudkan Puskesmas di pondok pesantren. 

Meskipun kekuatan partai lain ikut mensponsori berdiri BLK Komunitas ini di pesantren, tetap saja PKB yang punya nama. 

Sebab, Menteri Ketenagakerjaan berasal dari PKB, kader NU tulen. Tentu sebuah politik kebangsaan yang dibangun NU di tengah masyarakat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun