Kami, anak-anaknya selalu dilatih untuk mandiri. Sebelum masuk sekolah harus jualan dulu. Jualan makanan, bikinan Amak sendiri.
Pulang sekolah, ke sawah dan ke ladang sambil bawa ternak sapi. Adanya bangunan rumah permanen yang akhirnya punah pula oleh gempa 2009, adalah hasil dari gembala sapi kami beradik kakak dulunya.
Ya, ditambah dengan kekuatan persatuan tukang yang Abak ikut bersama kawan tukangnya.
Amak tahu suka duka saya kuliah. Dan dia ingin menanyakan itu, tapi dia tahan saja sepertinya.
Kepuasan batin yang dirasakan Amak cukup membuat saya terharu dan terasa sekali betapa perjuangan dalam kuliah, membuahkan hasil yang maksimal.
Didikan Amak di waktu kecil, adalah pondasi dasar yang kuat diberikan kedua orangtua, untuk bisa menyelesaikan jalan panjang nan berliku ini.
Meskipun sesekali saya juga ada menentang perintah orangtu. Untuk hal ini, saya minta maaf karena sempat membuat kedua orang teriba hatinya melihat tingkah laku saya di waktu kecil.
Terima kasih semuanya Amak. Semoga Amak sehat dan selalu dalam mengikuti perintah Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H