Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Gelar Tuanku di Pesantren Berbasis Surau

23 Oktober 2022   18:15 Diperbarui: 23 Oktober 2022   18:25 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara, masyarakat luar mengenal santri itu dengan sebutan "pakiah". Itu trend dan familiar.

"Dima mangaji pakiah," begitu orang banyak bertanya ke seorang santri ketika dia tidak tahu nama santri tersebut.

Pakiah, mungkin asal katanya fiqh. Adalah orang yang tahu dan alim di bidang agama. Tapakuh piddin. Orang yang mendalami ilmu agama Islam.

Guru tuo selalu mengingatkan, jangan merasa rendah diri ketika orang memanggil kita dengan panggilan pakiah.

Pakiah adalah orang hebat. Hanya saja orang banyak selain santri tak tahu makna pakiah tersebut.

Yang mereka tahu, anak yang sedang mengaji disebut pakiah. Lama dia mengaji, berbilang tahun, ikut pula mengajar, orang menyapanya dengan pakiah berkurang.

Gelar itu berubah secara alami. Orang banyak menyapa santri senior itu dengan tuanku.

Ada Tuanku Mudo, Tuanku Sutan, Tuanku Bagindo, Tuanku Kuniang dan sejumlah gelar lainnya setelah santri itu menyelesaikan pendidikan di pesantrennya.

Pemberian gelar ini adalah kolaborasi antara adat dan agama. "Ketek banamo gadang bagala"

Kecil dia diberi nama oleh orangtuanya, setelah lama mengaji, dianggap mampu dan pandai oleh gurunya, maka sepakat guru dan orangtua dan masyarakat kampung santri bersangkutan untuk diberikan gelar tuanku.

Gelar tuanku adalah semacam tradisi pesantren berbasis surau. Dan pesantren itu banyak kita jumpai di Kabupaten Padang Pariaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun