Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Kentalnya Hidup Bertetangga di Kampung

16 Oktober 2022   23:30 Diperbarui: 16 Oktober 2022   23:48 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini bagian dari cara tetangga yang hidup di kampung. Ada sama dinikmati bersama dalam suatu acara. (foto dok damanhuri)

Artinya, hidup bertetangga sangat dituntut baikan, saling merasakan kesulitan dan kebahagiaan, serta saling senang dan susah.

Untuk tetangga dalam satu kampung selalu baik dan normal, banyak kuat yang dilakukan oleh pemimpin kampung untuk menyatukannya.

Sebut saja dengan persatuan dan kesatuan di setiap musim "baralek" di rumah yang satu, dan semua penghuni kampung tumpah ruah dalam pesta tersebut.

Ada namanya acara "badantam" atau "badoncek". Jumlahnya tak banyak. Paling Rp 30 ribu masing-masing keluarga, lalu dicatat, dan tentunya ini sifatnya giliran.

Sebab, semua rumah tangga akan mengadakan alek baralek. Tidak tahun ini, mungkin tahun depan atau tiga sampai empat tahun lagi.

Jadi, pembangunan sosial kemasyarakatan sangat kuat, bila antar tetangga itu diatur sedemikian rupa oleh pemimpin kampung.

Makanya, setiap kampung punya surau. Di surau itu dipecahkan masalah sosial kampung, dari persoalan yang kecil hingga persoalan yang rumit dan besar.

Lalu, ketika ada kegiatan tahunan yang sudah disepakati di masjid atau surau, seperti peringatan maulid, semua seisi kampung keluar, hadir di masjid untuk menunjukan keikutsertaannya dalam bermasyarakat.

Itu pentingnya sarana ibadah sekaligus membangun sosial kemasyarakatan. Dan di sini pula terasa kalau hukum masyarakat itu lebih berat dari negara.

Artinya, ketika masyarakat sudah menghukum secara kearifan lokalnya, jangan coba-coba mempermainkannya. Bisa kualat, dan terkena sumpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun