Kultur dan budaya mempengaruhi cara masyarakat memuliakan Nabi Muhammad Saw. Pun peringatan maulid juga ikut menjadi sandaran budaya itu sendiri.
Seperti peringatan maulid dengan cara wirid membaca syarafal anam. Ini hampir tiap daerah di Indonesia ada. Tetapi cara dan penerapannya dipengaruhi oleh adat dan budaya masing-masing daerah.
Menarik untuk kita cermati, adalah budaya "badikie". Kajian kitab syarafal anam yang dibaca dengan irama khas. Membaca shalawat lewat lirikan lagu yang membuat pendengar yang mengerti ikut larut dalam irama itu.
Dan badikie ini erat kaitannya dengan Islamisasi di Piaman lewat Syekh Burhanuddin Ulakan. Makanya, bulan Syafar, sebelum masuk bulan Rabiul Awal, para ahli dikie membuat wirid itu di Ulakan.
Ya, "basyafa", kegiatan haul Syekh Burhanuddin yang dilakukan setiap bulan Syafar. Syekh Burhanuddin mengembangkan agama, menyesuaikan dengan kultur dan budaya yang terjadi di lingkungannya.
Mengislamkan masyarakat secara halus, dan tidak dengan kekerasan. Artinya, secara perlahan tapi pasti, budaya buruk hilang dengan sendiri, setelah berangsur-angsur dimasukan kaji dan ilmu oleh Syekh Burhanuddin bersama muridnya.
Budaya buruk itu di antaranya memakan makanan yang haram menurut agama, dan oleh Syekh Burhanuddin dikikis habis dengan cara perlahan.
Tentu ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Saw, yang tidak melakukan kekerasan dalam mengembangkan agama.
Sebab, ulama adalah pewaris para nabi, pelanjut estafet perjuangan nabi. Dan Syekh Burhanuddin salah satu ulama yang terkenal berdakwah secara kultural.
Menghargai apa yang menjadi budaya dan kebiasaan masyarakat. Yang buruk berubah jadi baik, dengan cara halus, perlahan.