Badikie, adalah cara masyarakat Piaman secara umum dalam memperingati hari besar Islam, khususnya bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Di kembangkan oleh ulama setelah Syekh Burhanuddin. Dan ini pula cara yang halus dilakukan Syekh Burhanuddin, ketika di zamannya banyak orang meratapi kematian salah seorang anggota keluarganya.
Ratapan itu diganti dengan membaca kalimat zikir, tahlil, shalawat yang tentunya berfaedah bagi yang meninggal dunia.
Dan berkembanglah hingga saat ini budaya memperingati kematian itu hingga seratus hari. Mulai dari hari setelah dikubur, terus hingga seratus hari.
Dan masa-masa peringatan kematian itu, ada juga yang membuat selingan dengan peringatan maulid, meskipun tidak di bulan Rabiul Awal.
Nah, peringatan maulid dengan badikie adalah warisan budaya berbalut agama, yang mesti dilestarikan.
Sesuatu cara masyarakat mencintai nabi, melanjutkan perjuangan para ulama dulu dalam beragama di tengah masyarakat.
Makanya, saat puncak acara badikie itu para kaum muslim berdiri tegak. Baik yang ikut membaca maupun yang ikut mendengar.
Ketika itu dinamakan "sadaqa". Suara tukang dikienya kian merdu dan indah, menceritakan kemuliaan nabi, menyebut kisah panjang perjuangan nabi nan tak pernah lelah.