Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesantren Membentuk Kemandirian dan Sosial Kemasyarakatan

10 September 2022   09:06 Diperbarui: 10 September 2022   09:20 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para santri Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuk Pua sedang gotong royong membangun asrama putri. (foto dok damanhuri)

Belajar di pesantren atau sekolah berasrama melahirkan semangat sosial dan kemandirian. Dan secara tidak langsung, kemandirian dan sosial itu dipelajari sambil berpraktek sekalian di pesantren.

Contoh, dalam menggaya, santri tak perlu pergi keluar berpangkas rambut. Di pesantren setiap generasi itu ada saja santri yang pandai keterampilan itu.

Sepuluh tahun saya mondok di dua pesantren, di daerah yang berbeda, sangat terasa sekali rasa sosial kemasyarakatan tersebut.

Tak kita yang ingin berpangkas misalnya, oleh santri senior yang pandai memangkas itu disodorkan jasanya untuk memangkas rambut kita yang dilihatnya sudah mulai panjang.

Ya, tak ada pula standarnya. Dalam waktu luang itu bisa dia menyelesaikan dua kepala santri yang mau berpangkas.

Kadang, dalam hari-hari biasa tak ada yang berpangkas. Modalnya, cukup sebuah gunting, sisir dan kaca kecil.

Tak ada kursi, di sebuah bongkahan batu sambil duduk, berpangkas itu jadi juga. Begitu rasa kebersamaan tertanam, ketika santri sekolah jauh dari orangtuanya.

Lalu, menolong panen atau bertanam padi di sawah orangtua santri, juga menjadi tradisi di kalangan santri. 

Umpamanya, santri A sedang panen padi di kampungnya. Diajaknya sejumlah kawan untuk ikut membantu. Tak pakai upah, tapi rasa sosial kemasyarakatan kaum santri.

Malah aksi spontan, dan tidak terkesan main julo-juloan. Sebab, tak pula mengharuskan santri A itu akan ikut kerja bakti di rumah atau lahan pertanian santri lain yang pernah menolongnya dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun