Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Penantian Panjang Nan Mendebarkan Itu Berhasil dengan Sangat Memuaskan

20 Agustus 2022   08:38 Diperbarui: 20 Agustus 2022   08:51 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya galau dan terkejut, ketika Ketua Sidang Kompre, Bapak H. Mardius, SH, MH menetapkan nilai yudisium saya terakhir dari tujuh orang mahasiswa Rabu (18/8/2022) yang ikut komprehensif.

Kalau menurut urutan, saya tampil nomor empat. Dan sempat Dekan Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa Padang itu sedikit berzig-zag, yang membuat situasi tegang, terutama saya yang belum ditetapkan, sedang kawan sudah dinyatakan lulus.

Saya nomor enam yang ditetapkan. Terkejutnya, nilai yudisium saya yang dibacakan 81, dengan nilai A. Sama dengan Hilman H, Walinagari Lubuk Alung yang nilainya 86, dengan A.

Artinya, dua dari tujuh orang yang selesai komprehensif hari itu, dapat nilai A. Alhamdulillah, dari yang dua itu adalah saya dan Hilman H.

Terharu dan bahagia, sangat mewarnai usai sidang yudisium yang selesai beberapa menit jelang waktu Magrib masuk itu.

Ketua Sidang Bapak H. Mardius, SH, MH, Sekretaris Ibu Fitra Oktoriny, SH, MH, sekaligus Penguji II, Bapak Joni Zulhendra, SHi, MA Penguji I, Ibu Mieta Lefi Kurnia, SH, MH Pembibing I, Bapak Boiziardi AS, SH, MH, Pembibing II sungguh sangat luar biasa.

Masing-masing kami diminta berkomitmen. Seandainya tidak lulus, apakah mau mengulang kompre lagi. Pertanyaan itu langsung disodorkan Pak Mardius.

Masing-masing kami pun menjawab sesuai kompetensi. Dan semua menjawab dengan bersedia mengulang lagi.

Seandainya lulus, ujar Pak Mardius, saudara telah jadi alumni Universitas Tamansiswa. Tolong jaga nama baik kampus, dan berikan yang terbaik di tengah masyarakat, agar ada pula mahasiswa baru yang kuliah di sini dari tempat saudara.

Bagi saya, dan juga tentunya semua mahasiswa yang lulur hari itu, sampai kapan pun tidak akan pernah lupa dengan dosen dan perguruan tinggi yang telah membentuknya selama bertahun-tahun.

Kalau ada mahasiswa yang lupa akan dosennya, itu namanya keterlaluan. Dosen lupa dengan mahasiswa, itu wajar karena banyaknya mahasiswa yang dihadapinya setiap hari.

Bagi pribadi saya, sampai bisa yudisium ini sudah sangat luar biasa. Terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan pada Hilman H Datuak Mangkuto Alam yang telah memfasilitasi saya untuk bisa kuliah di kampus ini.

Ya, bersama Yardi, Hilman H Datuak Mangkuto Alam adalah tokoh Lubuk Alung yang mendorong saya untuk ikut kuliah yang direkomendasikan langsung oleh Walinagari Harry Subrata Datuak Rangkayo Mulie pada tahun 2016 silam.

Tentu ini penghargaan yang sangat tinggi yang saya rasakan. Dan memang kuliah ini juga cita-cita dan keinginan saya yang sudah sekian kali tertundanya.

Tertunda akibat faktor x, dan akhirnya atas motivasi Walinagari Hilman H, SH, MH Datuak Mangkuto Alam, kuliah saya selesai dengan hasil yang sangat luar biasa.

Perjalanan panjang di dunia perguruan tinggi yang saya rasakan sungguh sebuah lompatan yang amat luar biasa. Banyaknya dukungan dan bantuan yang saya terima dari Walinagari Lubuk Alung, tak bisa saya ungkapkan selain dari terima kasih yang setinggi-tingginya.

Begitu juga dari berbagai kalangan masyarakat, terima kasih bantuan, doa dan motivasinya, sehingga penantian panjang saya tiba di gerbang akhir perkuliahan.

Tinggal wisuda, dan penuntasan semua administrasi kampus yang belum terselesaikan, barulah beban itu terasa plong dan ringan tentunya.

Semangat baru pun menyumbul ketika ketetapan hasil komprehensif itu sesuai harapan. Timbul rasa ingin melanjutkan ke jenjang S2, dan sekolah pengacara. Ya, itu yang saya rasakan untuk terus meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri, meskipun tiga tahun lagi, saya berusia 50 tahun.

Artinya, tua belum muda terlampau. Tak lagi mungkin bersaing dengan banyaknya kompetitor muda, yang sebaya dengan anak saya tentunya. Hanya satu semangat, ilmu pengetahuan wajib dituntut sejak dari hayunan hingga maut memisahkan diri.

Makanya, ketika Pak Mardius bertanya mau jadi apa setelah serjana ini, saya jawab dengan diplomatis saja. 

"Bisa anggota dewan, Bawaslu, KPU, Walinagari, Bamus dan lain. Tergantung permintaan," jawab saya yang membuat Pak Mardius dan dosen penguji dan pembimbing ketawa lepas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun