Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Idul Adha Tiga Hari di Padang Pariaman

10 Juli 2022   22:13 Diperbarui: 10 Juli 2022   22:40 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentunya ini sebuah pemahaman masyarakat yang selalu maju dan berkembang, sesuai situasi dan kondisi. Apalagi Idul Adha adalah shalat sunnat, yang tata tertibnya masih banyak diperdebatkan.

Dan memang Islam itu penuh dengan perbedaan. Hampir semua ibadah wajib dan sunnat para ulama dulu yang jadi referensi saat ini mengalami perbedaan. Perbedaan jadi rahmat. Bukan menjadi malapetaka di tengah masyarakat.

Terjadinya perbedaan dalam pelaksanaan ritual tahunan ini, paling tidak menuntut masyarakat untuk terus belajar dan belajar.

Ya, belajar agama, mendalami seluk-beluk agama yang menjadi pakaian sehari-hari. Tak heran, para ulama dulu mengaji ke banyak guru dan ulama, mendatangi perguruan dari dalam hingga luar negeri.

Lewat perbedaan ini, masyarakat Padang Pariaman semakin untuh dan kuat. Itu seharusnya yang terjadi. Bukan masyarakat yang semaunya, beragama tidak mengikuti dasar yang kuat.

Yalah, kalau persoalan adat dan kebiasaan di tengah masyarakat. Tak masalah. Sepeti peringatan maulid dengan sistem ceramah agama dan dengan sistem ritual "badikie". 

Atau masalah peringatan kematian dengan yasinan majelis taklim atau dengan mengaji pakai "orang siak" dari pertama hingga seratus hari wafat.

Tak masalah bercampur. Tapi soal ibadah wajib dan sunnat, sebaiknya kita kaji dan gali ilmunya. Sebab, beramal mesti dengan ilmu.

Di sini letak pentingnya menuntut ilmu bagi seluruh umat muslim. Anjuran nabi menuntut ilmu itu dari hayunan sampai liang lahat.

Artinya, kematianlah yang menyebabkan seseorang itu berhenti menuntut ilmu. Selagi hidup, masih tertonggok kewajiban mencari ilmu pengetahuan.

Hikmah dari perbedaan ini, masyarakat Padang Pariaman telah dewasa. Tak adalagi kelompok yang satu menyalahkan kelompok yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun